Sabtu, 23 Juni 2012

Mama...



17.00, terik matahari senja menyilaukan mataku yang duduk berhadapan dengan jendela tak bertirai. Kereta dijalur 4 yang sedari tadi kutumpangi akhirnya melaju perlahan sampai pada kecepatan normalnya. Perlahan namun pasti aku mulai meninggalkan kota tinggalku saat ini untuk menjalankan tugasku sebagai seseorang yang berkecimpung didunia organisasi. ‘Glenn Fredly – Pergi ‘tuk Kembali’ sedang terputar dimedia musikku. Sedikit demi sedikit teringat kembali sosok wanita yang sejak kecil bersamaku. Ya, mama. Biarpun sikap tegasnya sering kuartikan ‘galak’ tapi kepergianku untuk beberapa hari kedepan sangat terasa berat karena ia tidak ikut bersamaku.


Gerbong khusus wanita yang kutumpangi sedikit demi sedikit mulai terpenuhi, dan rata-rata penumpangnya adalah wanita berusia diatas 20 tahun. Aku yang sedari tadi hanya memainkan handphone tiba-tiba terlintas jelas dengan mama dan aktivitas rutinnya.
“mama lagi apa ya dirumah? Yang bantuin beresin rumah siapa?” ucapku dalam hati.
Seiring dengan melintasnya pemikiranku, air mataku jatuh membasahi pipiku. Terlebih lagi didepanku ada seorang wanita yang mirip dengan mama. Mulai dari postur tubuhnya sampai dengan model rambutnya yang tebal bergelombang. Tanpa kusadari aku terlarut dalam lamunanku sambil melihat wanita itu, sampai akhirnya ia menyadari dengan pandanganku padanya.

“Kenapa mbak?” tanyanya lembut.

“ha? Engga kenapa-kenapa bu” jawabku kaget.

Mendengar jawabanku yang aneh, wanita tersebut lanjut memainkan Blackberry yang sejak awal tadi berada digenggamannya.

Kepadatan kota Jakarta dimalam hari membuat penatku mencapai puncaknya. Asap kendaraan bermotor membuat pernapasanku sedikit terganggu dan sangat berpengaruh pada kinerja otakku. Ditambah lagi bajaj yang kunaiki dikendarai oleh seorang laki-laki paruh baya yang sangat lihai dalam menyalip dalam kemacetan.

“selamet gak gue sampe tujuan? Aduh mamaaaaaaaaa... toloooooooong!!” teriakku dalam hati yang sangat mengekspresikan ketakutanku.

Jantungku yang semula berdetak normal seperti biasa kini bekerja 3x lebih cepat. Keringat kepanikan sedikit demi sedikit berkucuran keluar. Eratnya peganganku pada kursi supir tak lepas sejak kendaraan tersebut mulai melaju.

Petualangan menegangkanku bersama kendaraan berwarna orange itu akhirnya berakhir. Kampusku yang berada didaerah Jakarta Pusat terlihat ramai dengan mahasiswa kelas malamnya, tanpa membuang banyak waktu aku segera masuk dan langsung menuju basecamp mungil yang biasa kami pakai untuk berdiskusi. Tempatnya yang berada dideretan paling ujung membuatku harus melihat-lihat dari kejauhan untuk memastikan apakah sudah berpenghuni atau belum. Ternyata dugaanku tidak meleset, ruangan yang masih dalam keadaan terkunci dan gelap sudah memberikan jawaban yang sangat jelas. Beberapa jam kemudian setelah penantian panjangku yang berdiam diri diruangan nan mungil itu akhirnya usai ketika orang yang sangat kutunggu datang.

“mikum, maaf ya lama hehe” ucap Saras dengan senyum kecilnya.

“walaikumsalam, akhirnya dateng juga...” jawabku menirukan salah satu program acara televisi.

Setelah beristirahat sejenak, kami bergegas meninggalkan tempat tersebut dan langsung menuju kost-an ka Bunga yang tak jauh dari kampus. Sesampainya ditempat yang pemiliknya sedang bertualang didaerah Karawang itu, kami segera menuju kamarnya dan beristirahat.

03.00 dini hari, waktu terpagiku untuk berpergian keluar kota. Dengan mata yang baru terbuka separuh aku, Saras, Ari dan Kris memulai roadshow kami dengan kendaraan yang dibawa oleh ka Maul. Dalam perjalanan aku mengecek handphone yang sejak tadi belum kulihat.

1 new message

Notifikasi yang membuat tanganku dengan sigap membuka dan membaca pesan tersebut.

From: Mama

Teh, jangan lupa makan terus sebelum tidur solat dulu.


Pesan singkat itu membuatku benar-benar rindu dengan rumah terutama pada orang yang mengirim pesan tersebut. Sekejap aku kembali teringat pada wonderwoman-ku itu. Bayang- bayang tentangnya kembali memenuhi fikiranku, rasa rindu setelah kurang lebih 10 jam meninggalkan rumah membuatku sangat ingin pulang.

Perjalanan kami terhenti sesaat untuk menjemput ka Bunga dan 2 orang temanku didaerah Karawang Barat. Tak lama kemudian adzan subuh berkumandang, aku dan yang lain segera bersiap untuk menunaikan kewajiban kami sebagai seorang muslim. Seusai sholat aku melihat sosok mama di pintu masuk masjid yang sedang berdiri melihatku. Spontan aku kaget dan memastikan lagi apa yang telah kulihat tadi. Namun sosok itu hilang, kulihat kesekeliling penjuru masjid tak kutemukan sosok mama.

“ih kok ga ada? Itu beneran apa...” gumamku dalam hati yang kemudian menjurus pada pemikiran yang negatif.

Perjalanan kembali dilanjutkan, kejadian di masjid tadi membuat bulu kudukku merinding. Namun cerita dan candaan Yuli membuatku lupa tentang itu. Rasa rinduku terlupakan dengan suasana riang nan ramai dimobil. Candaan khas Yuli dibantu dengan cerita Cilla berhasil mengocok perut orang yang ada dimobil.

Kupat tahu yang ada dialun-alun Gedung Sate menjadi sarapanku pagi ini. Terik matahari dengan hawa dingin membuatku sedikit aneh dengan kondisi seperti ini. Ketika sedang menunggu, handphone-ku tiba-tiba bergetar menandakan adanya pesan masuk.

From: Mama

Sebelum mulai jangan lupa sarapan dulu.


Perhatian mama sangat terlihat pada pesan yang baru saja kubaca. Makanan yang tadi kupesan kini siap untuk disantap. Sambil lahap memakan sarapanku fikiranku melayang-layang memikirkan mama.

To: Mama

Iya ma, ini lagi sarapan.


Balasku singkat. Aku yang biasanya tidak terlalu dekat dengan mama kini aku merasakan sangat dekat dengannya. Aku yang tak terbiasa pergi tanpa mama kini sangat merasa sesuatu yang kurang.

Kegiatan intiku tanpa terasa telah usai. Setelah merapihkan semua barang-barangnya kami meninggalkan tempat tersebut. Rasa lelah tertutupi dengan rasa senang sangat menggebu-gebu dihati dan benakku. Entah karena apa tapi yang pasti aku hanya ingin cepat-cepat bertemu mama. Sebelum kembali ke Ibukota negara aku dan yang lain mengisi perbekalan diperut yang sedari tadi sudah mengeluarkan suara laparnya.

“mau makan dimana nih?” tanya ka Maul sambil menjalankan mobil.

“dimana aja yang penting enak, kenyang dan murah” sahut ka Bunga.

“iya yang porsinya banyak ya buat Saras, kasian udah lemes banget dia” ledek Yuli.

Suasana dimobil tak pernah sepi, kecuali ketika semua terlelap dalam mimpinya masing-masing. Ada saja yang dapat dijadikan bahan candaan kami yang membuat semua yang ada dimobil itu tertawa terbahak-bahak. Akhirnya kami singgah disalah satu rumah makan yang mempunyai nama cukup unik. Rasa lapar berhasil membuat kami melahap semua makanan yang kami pesan lenyap seketika.

“harganya bener-bener buat gue ngejingkrak!” ucap ka Bunga setelah membayar semua makanan kami.

Jakarta, setelah menempuh perjalan selama kurang lebih 4 jam kami sampai ditempat awal. Waktu menunjukkan pukul 21.15, keinginanku untuk segera pulang harus kuurungkan karena waktu tersebut. Kost ka Bunga merupakan tempatku merehatkan tubuhku untuk kedua kalinya, sedangkan yang lain segera pulang kerumahnya masing-masing.

From: Mama

Gimana teh hari ini? Udah makan belum? Tidurnya jangan malem2, jangan lupa solat dlu.


Pesan dari mama yang belumku baca sejak 1 jam yang lalu. Tanpa menutup pesan, mataku lebih dulu yang tertutup.

Waktu berjalan dengan cepat, aku yang baru saja merasakan nyenyaknya tidurku harus bangun karena matahari telah menggantikan bulan.

“neng bangun, solat subuh dulu” ucap ka Bunga membangunkanku.

Dengan kondisi setengah sadar, aku segera menjalankan kewajibanku. Sambil menunggu hari agak siang, aku melakukan beberapa kegiatan, sampai waktu untuk pulang pun tiba. Ransel yang sudah kupersiapkan kubawa. Setelah berpamitan dengan si empunya kamar kost, aku kembali berkutat dengan suasana kereta yang akan membawaku ke kotaku. Lagi-lagi aku harus menunggu cukup lama karena kereta yang kumaksud tak kunjung datang. 1 jam berlalu dan akhirnya rangkaian gerbong yang akan membawaku pulang datang. Aku yang sudah bersiap diarea antrian khusus wanita siap memasuki gerbong tersebut. Seluruh bangku sudah padat terisi, tanpa pikir panjang aku segera meletakkan ransel beratku ketempat penyimpanan barang.

15.10 kereta memasuki stasiun akhir bagian selatan dari rute Jakarta Kota – Bogor. Perlahan kuturuni kereta yang membawaku pulang, dengan langkah sigap aku melangkahkan kaki ini menuju tempat dimana aku akan bertemu dengan wanita yang kurindukan. Cukup dengan menumpangi 1 kali kendaraan angkutan umum, akhirnya aku sampai. Lari kecilku membawaku untuk bertemu mama lebih cepat.

“assalamualaikum...” salamku ketika memasuki pintu rumah.

Ransel yang semula ku bawa, segera kuletakkan dan mataku dengan jeli mencari sosok yang kucari. Ketika aku memasuki dapur, kulihat sesosok wanita yang sangat kukenali. Mama! Pelukan rinduku bersarang dipunggung mama yang sedang menyiapkan makanan.

“eh udah pelang teh?’ tanya mama kaget.

“iya udah...” jawabku singkat sambil melepaskan rinduku pada mama

“ini tumben banget peluk-peluk segala, salim aja belom” ucap mama melihat perilaku ku yang ia bilang aneh.

“hehe...” aku hanya bisa tertawa kecil menanggapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar