Life
must go on… tapi kenapa masih banyak seonggok
daging bercampur darah itu melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan
apapun? Banyak pula dari mereka yang mengatakan “Semuanya, segala sesuatunya
bias terjadi tiba-tiba. Tak ada yang tahu...” apakah masih kurang himbauan
seperti itu? Atau… mereka tidak bias mencerna makna yang terkandung pada
susunan kata-kata itu?
Selalu
ada perpisahan setiap terjadi pertemuan. Kita tidak bias mengelak dari hukum alam itu, kawan. Begitu pula yang
kurasakan beberapa saat yang lalu. Menyesal, merasa kehilangan, dan sebagainya
pada orang yang telah mendahului. Sangat merasakan kehilangan saat yang
diharapkan tidak mungkin bersentuhan secara fisik lagi. Beberapa kebiasaan
sehari-hari yang dilakukan bersamanya kini hanya tersimpan manis dimemori otak
ini. Bukankah seharusnya kita berbahagia bahwa Tuhan saying padanya? Tapi
kenapa harus diiringi air mata atas rasa saying Tuhan itu? Sungguh… bukan
perkara yang mudah untuk membedakannya.