Senin, 06 Februari 2012

KRL EKONOMI JABODETABEK DI MINIMKAN ATAU DI ANAK TIRIKAN?

Dunia perkereta apian Indonesia wilayah Jabodetabek beberapa pekan yang lalu sudah melakukan semacam perubahan pada sistem operasi kereta dan jadwal keberangkatannya. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pihak PT. KAI (persero) kepada pengguna jasa kereta api wilayah Jabodetabek. Beberapa sarana dan prasarana seperti gerbong kereta, stasiun dan lain sebagainya sudah mendapat sedikit perubahan dibandingkan sebelumnya. Salah satu dampak dari perubahan tersebut adalah minimnya jam operasi KRL ekonomi yang sudah menjadi transportasi favorit masyarakat Jabodetabek karena harganya yang sangat terjangkau.

Seperti yang sudah kita ketahui KRL ekonomi Jakarta Kota – Bogor merupakan kereta yang paling banyak peminatnya. Hal tersebut pastinya dikarenakan harga tiketnya yang sangat terjangkau dibandingkan dengan transportasi lainnya. Untuk jarak Jakarta Kota sampai Bogor ataupun sebaliknya hanya dikenakan biaya dua ribu rupiah (Rp. 2000,00). Namun dibalik murahnya harga yang diberikan sangat sebanding dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh pihak PT. KAI. Tidak perlu dipungkiri lagi kelayakan gerbong ekonomi yang dioperasikan berada dibawah standar sarana transport yang semestinya. Jumlah penumpang yang melebihi kapasitas merupakan sebuah keadaan yang sudah biasa terjadi disetiap hari bahkan disetiap keberangkatannya. Bahkan tidak aneh lagi kalau ada penumpang yang naik ke atap kereta untuk menghindari kepadatan didalam rangkaian gerbong ekonomi.


sumber : google.com


Melihat secara kilas mata keadaan gerbong yang mungkin sudah berusia lebih dari 10 tahun itu tak hanya terlihat dari bagian luarnya saja yang terlihat kumuh tapi bila diperhatikan secara detail, sangat banyak ketidak layakan yang mengharuskan rangkaian KRL ekonomi tersebut diganti atau diperbaharui dengan gerbong yang selayaknya. Seperti contoh, keadaan di dalam gerbong yang kotor dan banyaknya pedagang yang lalu lalang sudah menjadi suatu kondisi yang lumrah bagi para penumpang yang biasa memakai fasilitas ekonomi ini. Belum lagi pengemis mulai dari anak kecil sampai lansia yang mencoba menarik simpati para penumpang. Namun para penumpang harus bisa terima dan membiasakan keadaan tersebut demi sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan tidak perlu mengeluarkan banyak uang.

Rute kereta dengan sistem looping atau melingkar sempat membuat bingung para pengguna kereta. Misalnya bagi penumpang yang ingin menuju kearah Tanah Abang atau Jatinegara harus memakan waktu ekstra untuk dapat sampai ke tempat tujuan. Selain itu keterlambatan kereta sering dirasakan para penumpang tiap harinya. Kereta yang mogok pun menjadi salah satu alasan dari keterlambatan. Inikah yang dinamakan perubahan demi meningkatkan pelayanan terhadap pengguna kereta?

Pindah dari kemelut diluar rangkaian, sekarang coba kita perhatikan kenyamanan yang berada didalam rangkaian gerbong KRL ekonomi. Kebersihan yang kurang diperhatikan karena banyak pedagang kaki lima yang lalu lalang ditambah kurangnya kesadaran para penumpang untuk menjaga kebersihan didalamnya bisa dibilang menjadi salah satu penyebab utama kekumuhan tersebut. Pintu jendela yang macet menyulitkan penumpang untuk mengatur sirkulasi udara yang dibutuhkan, dan tidak sedikit kaca pada jendela yang retak bahkan pecah akibat ulah penumpang itu sendiri. Bagian yang paling kurang mendapat perhatian baik dari pihak pengelola maupun pengguna jasa transportasi tersebut adalah pijakan yang berada pada perbatasan gerbong KRL ekonomi yang terdapat lubang yang berada diantara kedua gerbong tersebut. Bayangkan bila ada penumpang yang melewatinya dan tidak tahu dengan keberadaan tersebut, maka akan yang akan terjadi? Tentunya akan membahayakan keselamatan penumpang itu sendiri.

Sekarang bandingkan dengan KRL commuter, keadaannya yang lebih terawat dan terjamin dibandingkan dengan KRL ekonomi. Hal itu terjadi terjadi tentu saja karena biaya yang dikenakan lebih mahal dari biaya ekonomi. Perbedaan harga lima ribu rupiah (Rp. 5000,00) dari harga tiket KRL ekonomi memberikan fasilitas dan kenyamanan yang lebih terjamin. Gerbong kereta yang lebih bersih, keamanan dan kenyamanan sangat terjamin karena adanya dua orang petugas keamanaan yang berjaga ditiap gerbongnya, dan yang pasti tidak akan menemukan hal-hal yang terdapat pada gerbong KRL ekonomi.

Dari hal-hal tersebut terlihatlah secara kontras perbedaan yang terdapat diantara keduanya. Salah satu alasan yang melatarbelakanginya adalah pihak PT. KAI mencoba meminimalisir jadwal pengoperasian KRL ekonomi wilayah Jabodetabek. Namun apakah dengan cara demikian pihak pengelola mengatasi agar masyarakat berpindah dari KRL ekonomi ke KRL commuter? Mengorbankan penumpang KRL ekonomi dengan ketidak nyamanan yang diberikan atas harga tiket yang mereka beli dengan harga yang murah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar