Rabu, 01 Februari 2012

Lantai Edukasi Museum Wayang

Museum Wayang Indonesia yang berlokasi di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 merupakan museum yang menyimpan koleksi wayang dari daerah-daerah di Indonesia dan juga luar negeri. Jumlah koleksinya kurang lebih 5147 buah yang diperoleh dari pembelian, hibah, sumbangan dan titipan. Awalnya bangunan museum wayang ini merupakan lokasi gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 yang sampai tahun 1973 berfungsi sebagai tempat untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia.

Gagasan didirikannya Museum Wayang adalah ketika Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin ketika menghadiri pecan Wayang II tahun 1974. Dengan dukungan panitia acara tersebut, gubernur DKI Jakarta dengan para pecinta wayang, pemerintah DKI Jakarta menunjuk gedung yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 sebagai Museum Wayang dan museum tersebut diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Museum Wayang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Permuseuman di bidang perwayangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta (BAB VIII, Pasal 33, 1)


Namun kali ini kita tidak akan membahas tentang sejarah museum wayang ataupun wayangnya itu sendiri melainkan kita akan membahas tentang salah satu keunikan yang terdapat pada Museum Wayang. Pernah kah kalian memperhatikan dengan seksama tentang museum wayang secara terperinci? Apa keunikan yang kalian temukan pada Museum Wayang? Salah satu keunikan yang terdapat pada Museum Wayang yang mungkin saja jarang ada orang yang menyadarinya adalah gambar yang terdapat pada lantai museum yang berada di lantai 3.





Beberapa bentuk persegi panjang berukuran 300cm x 500cm yang berada di lantai museum tersebut didalamnya terdapat contoh-contoh gambar bagian-bagian tubuh wayang yang berbeda-beda. Gambar yang tersebut antara lain: bentuk jari, bentuk wajah, bentuk mata, bentuk pinggul, bentuk hidung (irung-irungan), bentuk kaki (suku), bentuk mulut (cangkeman), badan dengan baju, selendang dan kalung, bentuk badan, bentuk tutup kepala, bentuk gelung rambut putri, dan masih banyak lagi.

Riva’i (42) pegawai Museum Wayang mengungkapkan bahwa tujuan adanya gambar pada lantai tersebut adalah untuk memberikan dan berbagi pengetahuan seputar perwayangan. Karena telah kita ketahui bahwa wayang merupakan salah satu asset budaya bangsa Indonesia. Dan kenapa gambar-gambar tersebut adanya dilantai museum karena ingin memberikan keunikan tersendiri pada museum wayang. Tidak hanya memamerkan berbagai jenis wayang tapi juga ingin memberikan pengetahuan lebih tentang wayang Indonesia itu sendiri.

Sebagian besar pengunjung museum wayang ini memang kurang menyadari adanya lantai edukasi ini. Selain karena letaknya berada di lantai museum yamg jarang diperhatikan oleh pengunjung selain itu juga karena posisinya yang menyerong dan ada sebagian gambar yang tertutupi oleh papan-papan penyekat.

Namun tidak sedikit juga orang yang menyadari keberadaan lantai edukasi ini. Seperti Mahmud misalnya, siswa kelas XI dari Bekasi ini tertarik dengan keunikan yang ada di museum wayang ini. Ia berpendapat bahwa dengan adanya lantai edukasi wayang ini, ia menjadi lebih tahu seputar wayang khususnya bagian-bagian dari wayang itu sendiri yang merupakan warisan budaya Indonesia. “gak nyangka ternyata bagian-bagian tubuh dari wayang itu beda-beda. Misalnya dibagian penggambaran hidungnya aja ada beberapa macem. Unik banget buat dipelajari!” perjelas Mahmud tentang tanggapan terhadap lantai edukasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar