Hey guys, i,m back with my article! Setelah sekian lama vacum (bukan vacum cleaner) dari dunia peng-artikelan *ceileh bahasa gue* sekarang gue balik lagi buat ngebahas suatu bahasan yang baru aja gue sadarin. Oke langsung bahas aja yuk !
Pernah ga sih kalian perhatiin makin kesini makin banyak yang pake kacamata? Tapi bukan cuma kacamata minus ato plus tapi kacamata yang cuma buat sekedar gaya aja. Mulai dari kalangan anak-anak yang terlanjur gaul sampai ke kalangan artis jadi banyak yang seneng pake kacamata. Coba deh kalian perhatiin disekitar kalian, entah temen, kakak, adik, gebetan ato pacar kalian terutama LAKI-LAKI mulai maniac sama barang yang satu ini.
Sekarang pembahasan ini kita fokuskan ke para artis yang sering nongol di TV. Pernah ga sih nyadarin kalo kebanyakan ato hampir semua artis yang lagi tampil secara live pada pake kacamata? Padahal kalo diperhatiin sepintas cuacanya fine-fine aja, dalam arti sinar matahari ga terlalu mentereng banget ato padahal mereka tampilnya di dalam ruangan. Nah... hal ini nih yang pengen banget gue bahas bareng temen-temen gue. Gue sempet nanyain kebeberapa temen gue kaya gini nih:
“menurut lu kenapa sih artis ato penyanyi kalo tampil live kebanyakan pake kacamata?”
Dan respon dari temen-teman gue pun macem-macem, diantaranya nih...
“hanya untuk gaya... tren biar performnya kereen” (Herawati)
“silau kali. Taw matanya bengkak karena kurang tidur kebanyakan kerja” - @ariswinardy
“biar lebih kece B)” - @jeanchukong
“jaga images cz matanya masih ngantuk. Pengen bikin sensasi yang sesuatu” - @deacubbyendalov
“buat ngumpetin rasa cape dia kayanya mah.. cape kan biasanya keliatan dari mata..” - @ilhamafriansyah
Nah dari beberapa pendapat temen-temen gue itu udah jelas kali ya kalo artis-artis yang punya segudang kesibukan mulai dari manggung sana-sini sampai sinetron striping juga manusia yang punya kekurangan. Kebanyakan dari mereka pake kacamata karena untuk menutupi matanya yang sembab akibat kurang tidur seperti pendapat salah satu sahabat gue ini:
”ehm, bisa ja buat gaya atau buat nutupin sembab2 di matanya, kan banyak artis yang manggung sana sini, jadi ke forsir waktu2nya apalagi buat sekedar merem, susah..” (Aska Wibianto)
Kacamata yang dipake pun memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Ada yang bentuknya bulat, kotak, oval dan bentuk-bentuk lain yang unik. Sedangkan untuk ukurannya pun macem-macem mulai dari kacamata sekecil boboho sampe segede kaca nako. Dari bentuk dan ukuran itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk memakainya. Sekarang ini model kacamata yang lagi trend balik lagi ke jaman-jamannya bokap nyokap kita di era ’80-an. Model kacamata jengkol ato yang gue bilang kaca nako itu sekarang lebih banyak peminatnya, apalagi sekarang modelnya lebih divariasiin dan warnanya pun banyak pilihannya.
Oh iya kalian tau ga, ada artis yang jadi ketergantungan pake kacamata dan bahkan katanya sampai mempengaruhi penglihatannya kalo dia ga pake kacamata. Kalian pasti tau dong siapa orangnya? Yap, Ian Kasela. Vokalis dari grup band Radja ini tidak bisa keluar rumah tanpa memakai kacamata hitamnya, bahkan dirumahnya pun ia tetap memakainya. Selain itu koleksi kacamata yang ia miliki pun sudah mencapai jumlah yang luar biasa. Mulai dari kacamata yang banyak dijual diemperan toko yang harganya 25 ribuan sampe jutaan pun dia punya. WOW!!
Gue punya sedikit tips buat kalian yang mau pake kacamata.
1. Untuk pemilihan ukuran kacamata sesuaikan dengan bentuk wajah kalian. Jangan sampe salah pake coz nanti akan berefek sama penampilan kalian. Untuk yang bentuk wajahnya bulat gue saranin pake kacamata yang bentuknya oval atau kotak dan untuk wajah oval ga ada salahnya buat pake kacamata yang model kaca nako biar ada sedikit perpaduan pada wajah kalian yang panjang.
2. Warna kacamata sesuaikan dengan warna kulit dan kalo bisa sesuaikan dengan pakaian dan acaranya. Kalo pada kacamata itu terdiri dari beberapa warna pilihlah warna yang kiranya ga terlalu nabrak banget coz biar enak diliat juga.
3. Buat yang punya warna kulit sedikit ato bahkan gelap *kaya gue* jangan sekali-kali pake warna bingkai yang mentereng. Contohnya: putih. Pake warna yang relatif gelap kaya abu-abu, cokelat ato hitam.
4. Pakailah bentuk kacamata yang normal maksudnya jangan terlalu neko-neko. Jangan terlalu berpatok pada yang kita inginkan tapi inget ke poin-poin sebelumnya ya!
Nah... sekarang udah jelas banget kan kenapa sekarang artis-artis pake kacamata kalo lagi perform live? Itu karena mereka menutupi matanya yang sembab akibat kurang istirahat dan ga sedikit juga yang pake kacamata hanya untuk gaya demi memaksimalkan penampilannya ato menutupi kekurangan mereka. Buat kalian yang mau bergaya seperti artis-artis kita ga ada salahnnya ko selama kalian enjoy dan untuk penampilan kalian no problem. Tapi ingat jangan terlalu berlebihan coz nanti bukannya keliatan kece malah keliatan aneh.
Minggu, 29 Januari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Kisah si anak buruh
Keinginan utama pelajar SMA setelah lulus adalah melanjutkan pendidikan dan bekerja, begitupun denganku. Namaku Adi Pratama, siswa kelas XII di salah satu SMA di Sukabumi. Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan suatu impian yang sedari kecil aku inginkan, menjadi salah satu Mahasiswa di Universitas terkemuka di Indonesia. Merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai dalam hidupku.
Seusai pelaksanaan Ujian Nasional yang merupakan kegiatan tolak ukur kemampuan akademik pelajar di Indonesia ini, teman-temanku mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan kehidupannya setelah resmi menyandang gelar alumni pelajar SMA. Ada yang sibuk mencari informasi lowongan pekerjaan dan ada pula yang menyiapkan dokumen-dokumen untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak denganku. Meskipun aku sangat bercita-cita menjadi seorang Mahasiswa di sebuah Institusi Pendidikan ternama namun keinginanku itu sepertinya harus ku pendam dalam-dalam untuk saat ini.
“ribet banget ya yang mau ikut SMNPTN” ledekku melihat Tika teman sekelasku yang sedang kebingungan memilah-milah dokumen yang akan dijadikan persyaratan.
“eh Adi, hehe. Iya nih banyak banget persyaratannya, bikin pusing”
“perlu bantuan?”
“hem... makasih di, udah mau selesai kok ini”
“oke oke, telat ya nawarin bantuannya?”
“ga ko, di. Eh bukannya lo mau lanjutin kuliah juga ya? Ko santai-santai aja?”
“pengennya... tapi kayanya ga sekarang deh”
“loh kenapa?”
“belum ada biaya...” jawabku tertunduk.
impianku menemukan hambatannya. Masalah finansial keluargaku memang tidak bisa ditutupi. Bapak hanyalah seorang buruh serabutan dan Ibuku seorang buruh cuci yang tidak memiliki penghasilan tetap. Aku sangat tidak tega bila harus melihat bapak dan ibu terus menerus bekerja di umurnya yang hampir setengah abad.
Seseorang memanggilku dan membuyarkan semua lamunanku, dan itu ternyata bu Dewi guru Bimbingan Konselingku. Ia menawarkan beasiswa atas prestasiku selama 3 tahun ini.
“gimana Adi?”
“sebenernya sih pengen bu tapi ibu kan tau sendiri keadaan keluarga saya bu. Saya masih punya 2 adik yang lebih memerlukan biaya untuk sekolahnya, jadi saya fikir untuk sekarang ini saya mau kerja dulu bu”
“baiklah kalau begitu mau kamu, ibu bantu cari lowongan pekerjaan yang cocok sama kamu”
“makasih bu”
Setelah konsultasi dadakan dengan bu Dewi membuatku sedikit tenang karena beliau akan membantuku mencarikan pekerjaan untukku. Disamping itu rasa menyesal menghinggapiku karena telah menolak beasiswa yang telah beliau tawarkan padaku. Namun apa daya karena keadaanku yang tidak memungkinkan membuatku mengubur semua keegoisanku. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melamar pekerjaan mulai kupersiapkan mulai dari surat lamaran, dan surat-surat yang lainnya. Dengan bermodalkan niat dan keinginan membahagiakan bapak dan ibu aku siap untuk terjun kedunia kerja.
Beberapa hari kemudian bu Dewi memberikan kabar bahwa salah satu perusahaan sedang membutuhkan pegawai baru untuk bagian Accounting.
“begitu mendengar kabar ini ibu langsung inget sama kamu, di. Besok lamarannya kasih ke ibu ya”
Mendengar kabar baik itu tidak akan ku sia-siakan. Sepulang sekolah aku segera siapkan semua yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan itu.
“lagi ngapain mas?” tanya ibu yang sedari tadi memperhatikan
“ini bu nyiapin persyaratan buat ngelamar kerja besok”
“kamu jadinya kerja mas? Bukannya dari dulu kamu maunya kuliah?”
“iya sih bu, tapi setelah difikir-fikir lagi mendingan mas kuliah dulu bu supaya bisa bantu bapak sama ibu”
Setelah mendengar penjelasanku ibu pun mengerti akan kemauanku ini. Keesokan harinya aku memberikan lamaran pekerjaanku ini kepada bu Dewi sesuai dengan perintahnya. Sekarang tinggal memaksimalkan doa untuk hasil yang maksimal pula.
Berminggu-minggu aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Sampai akhirnya seseorang menghubungiku dan memberitahu bahwa besok aku harus datang untuk tahap wawancara. Perasaan sangat senang kurasakan saat ini, pintu menuju dunia baru mulai terbuka.
Kali ini harus bisa, optimis Adi!
Kabar baik ini aku sampaikan pada bapak dan ibu, sesuai dugaanku mereka turut senang mendengar kabar ini. Dukungan dari keluarga pun mengalir deras yang membuatku makin semangat dan optimis menghadapi wawancara besok. Di pagi buta seperti biasa aku sudah bangun dan membantu ibu merapihkan rumah. Setelah itu barulah aku mempersiapkan diriku untuk menghadapi hari ini.
“nanti kamu jangan gugup ya mas, santai aja. Jangan lupa berdo’a”
“iya bu pasti”
Nasehat ibu sebelum aku beranjak dari rumah menuju tempat tujuanku. Aku berpamitan dan memohon doa restu ibu dan bapak dan segera pergi. Sepanjang perjalanan mataku tak lepas dari petunjuk jalan yang diberikan bu Dewi padaku, dan akhirnya aku sampai pada tempat yang dimaksud dalam alamat itu. PT. Impack Group, nama yang terpampang jelas didepan gerbang. Tanpa ragu aku memasuki gedung pencakar langit itu. Sesampainya didalam aku menanyakan tentang wawancara untuk calon karyawan baru.
“di lantai 3 mas, nanti mas bisa bertemu dengan Pak Yanto bagian HRD”
Tanpa membuang waktu lagi aku segera menuju tempat yang dimaksud. Rasa gugup mulai menyelimuti diriku. Ketika sampai aku langsung dipersilahkan masuk ke ruangan pak Yanto yang ternyata adalah kepala bagian HRD. Saat proses wawancara berlangsung aku menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tenang dan hati-hati demi hasil yang memuaskan. Wawancara tersebut selesai dalam waktu 20 menit, setelah ini aku masih harus menunggu untuk tahap pemeriksaan kesehatan. Setelah menunggu beberapa menit, aku kembali dipanggil untuk tahap selanjutnya. Pada tahap ini pun tidak mendapatkan hambatan dan semuanya berjalan dengan lancar.
“baik mas untuk hasil keseluruhan akan kami hubungi kembali”
“baik mba, terima kasih. Permisi”
Semua tahap telahku lewati dengan tenang tanpa rasa gugup seperti pesan ibu. Aku pulang ke rumah dengan wajah lelah dan sangat cape.
“gimana tadi mas?”
“alhamdulillah pak lancar”
“ga ada permasalahan kan mas?”
“ga ada pak, yaudah pak aku mau mandi dulu terus istirahat, pegel banget ini badanku”
Sebelum istirahat aku membersihkan badanku agar bisa beristirahat dengan nyaman, dan lupa untuk shalat, memohon petunjuk dan hasil yang maksimal.
Sambil menunggu hasil keputusan dari perusahaan aku membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah dan membuat kue yang nantinya akan dijual oleh kedua adikku. Denganku membantu ibu seperti ini aku lihat sudah ada kesenangan sendiri yang terlihat dari wajah ibu dan tentunya aku pun ikut senang melihat ibu seperti itu. Berhari-hari aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Rasa putus asa sempat mendatangiku tapi ibu meyakiniku kalau aku diterima diperusahaan itu. Kesabaranku membuahkan hasil, beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa aku diterima menjadi karyawan kontrak di perusahaan itu di bagian accounting, sesuai dengan ilmu yang kudapat pada saat aku duduk dibangku sekolah menengah atas. Puji syukur tak henti-hentinya kupanjatkan kepada Allah SWT atas semua yang telah ia berikan padaku.
“bu... aku diterima bu...”
“alhamdulillah mas” ucap syukur ibu sambil meneteskan air mata bahagia.
Dihari pertama ku bekerja, aku mengenal teman-teman dan lingkungan baruku yang nantinya akan menjadi bagian dalam duniaku. Pekerjaan-pekerjaan yang aku kerjakan sudah tidak asing lagi bagiku, sehingga aku tidak mendapatkan kesulitan pada saat mengerjakannya. Baru saja beberapa hari bekerja disitu aku sudah merasakan kenyamanan seperti dalam lingkungan yang sudah lama ku kenal. Kesenanganku saat ini tak lepas dari bantuan bu Dewi yang telah menghubungkanku dengan duniaku saat ini. Sepulang kerja aku berencana ingin mengunjungi rumah bu Dewi untuk mengucapkan terima kasih. Ketika waktu pulang aku segera bergegas meninggalkan kantor, tapi sebelum ke rumah beliau aku mampir kesebuah toko untuk membeli beberapa bingkisan sebagai ucapan terima kasihku.
“Assalamu’alaikum...”
“Walaikumsalam...”
“ibu maaf ganggu”
“oh Adi, masuk di masuk”
“iya bu...”
Bu Dewi dengan baju dasternya sangat berbeda dengan bu Dewi pada saat memakai seragam dinas dan make up. Selain mengucapkan terima kasih aku juga menceritakan dunia kerjaku saat ini.
“makanya bu saya mau berterima kasih banget sama ibu, tanpa bantuan ibu Adi ga akan bisa kaya gini”
“udah jadi kewajiban ibu sebagai guru untuk bantu muridnya di”
Kata-kata sederhana dari bu Dewi mempunyai banyak makna yang terkandung didalamnya. Beliau benar-benar pahlawan bagiku dan keluargaku.
Semenjak aku bekerja disana perekonomian keluargaku menjadi membaik. Ibu tidak perlu lagi menjadi buruh cuci untuk membiayi kehidupan kami sehari-hari, adik-adikku tidak lagi berjualan kue disekolah mereka ku fokuskan untuk belajar dan sekarang bapak sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai supir pribadi. Di kantor aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Tentu saja seperti impianku untuk melanjutkan kuliah seperti teman-temanku yang lain.
“saya minta kamu harus pandai membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikanmu ya di, ini semua demi perusahaan kita”
“baik pak”
Kini aku melanjutkan kuliah disebuah universitas swasta jurusan Akuntansi. Meskipun tidak sesuai dengan impianku seutuhnya tapi tidak menyurutkan semangatku untuk terus belajar dan bekerja keras, demi karirku dan demi keluargaku.
Seusai pelaksanaan Ujian Nasional yang merupakan kegiatan tolak ukur kemampuan akademik pelajar di Indonesia ini, teman-temanku mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan kehidupannya setelah resmi menyandang gelar alumni pelajar SMA. Ada yang sibuk mencari informasi lowongan pekerjaan dan ada pula yang menyiapkan dokumen-dokumen untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak denganku. Meskipun aku sangat bercita-cita menjadi seorang Mahasiswa di sebuah Institusi Pendidikan ternama namun keinginanku itu sepertinya harus ku pendam dalam-dalam untuk saat ini.
“ribet banget ya yang mau ikut SMNPTN” ledekku melihat Tika teman sekelasku yang sedang kebingungan memilah-milah dokumen yang akan dijadikan persyaratan.
“eh Adi, hehe. Iya nih banyak banget persyaratannya, bikin pusing”
“perlu bantuan?”
“hem... makasih di, udah mau selesai kok ini”
“oke oke, telat ya nawarin bantuannya?”
“ga ko, di. Eh bukannya lo mau lanjutin kuliah juga ya? Ko santai-santai aja?”
“pengennya... tapi kayanya ga sekarang deh”
“loh kenapa?”
“belum ada biaya...” jawabku tertunduk.
impianku menemukan hambatannya. Masalah finansial keluargaku memang tidak bisa ditutupi. Bapak hanyalah seorang buruh serabutan dan Ibuku seorang buruh cuci yang tidak memiliki penghasilan tetap. Aku sangat tidak tega bila harus melihat bapak dan ibu terus menerus bekerja di umurnya yang hampir setengah abad.
Seseorang memanggilku dan membuyarkan semua lamunanku, dan itu ternyata bu Dewi guru Bimbingan Konselingku. Ia menawarkan beasiswa atas prestasiku selama 3 tahun ini.
“gimana Adi?”
“sebenernya sih pengen bu tapi ibu kan tau sendiri keadaan keluarga saya bu. Saya masih punya 2 adik yang lebih memerlukan biaya untuk sekolahnya, jadi saya fikir untuk sekarang ini saya mau kerja dulu bu”
“baiklah kalau begitu mau kamu, ibu bantu cari lowongan pekerjaan yang cocok sama kamu”
“makasih bu”
Setelah konsultasi dadakan dengan bu Dewi membuatku sedikit tenang karena beliau akan membantuku mencarikan pekerjaan untukku. Disamping itu rasa menyesal menghinggapiku karena telah menolak beasiswa yang telah beliau tawarkan padaku. Namun apa daya karena keadaanku yang tidak memungkinkan membuatku mengubur semua keegoisanku. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melamar pekerjaan mulai kupersiapkan mulai dari surat lamaran, dan surat-surat yang lainnya. Dengan bermodalkan niat dan keinginan membahagiakan bapak dan ibu aku siap untuk terjun kedunia kerja.
Beberapa hari kemudian bu Dewi memberikan kabar bahwa salah satu perusahaan sedang membutuhkan pegawai baru untuk bagian Accounting.
“begitu mendengar kabar ini ibu langsung inget sama kamu, di. Besok lamarannya kasih ke ibu ya”
Mendengar kabar baik itu tidak akan ku sia-siakan. Sepulang sekolah aku segera siapkan semua yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan itu.
“lagi ngapain mas?” tanya ibu yang sedari tadi memperhatikan
“ini bu nyiapin persyaratan buat ngelamar kerja besok”
“kamu jadinya kerja mas? Bukannya dari dulu kamu maunya kuliah?”
“iya sih bu, tapi setelah difikir-fikir lagi mendingan mas kuliah dulu bu supaya bisa bantu bapak sama ibu”
Setelah mendengar penjelasanku ibu pun mengerti akan kemauanku ini. Keesokan harinya aku memberikan lamaran pekerjaanku ini kepada bu Dewi sesuai dengan perintahnya. Sekarang tinggal memaksimalkan doa untuk hasil yang maksimal pula.
Berminggu-minggu aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Sampai akhirnya seseorang menghubungiku dan memberitahu bahwa besok aku harus datang untuk tahap wawancara. Perasaan sangat senang kurasakan saat ini, pintu menuju dunia baru mulai terbuka.
Kali ini harus bisa, optimis Adi!
Kabar baik ini aku sampaikan pada bapak dan ibu, sesuai dugaanku mereka turut senang mendengar kabar ini. Dukungan dari keluarga pun mengalir deras yang membuatku makin semangat dan optimis menghadapi wawancara besok. Di pagi buta seperti biasa aku sudah bangun dan membantu ibu merapihkan rumah. Setelah itu barulah aku mempersiapkan diriku untuk menghadapi hari ini.
“nanti kamu jangan gugup ya mas, santai aja. Jangan lupa berdo’a”
“iya bu pasti”
Nasehat ibu sebelum aku beranjak dari rumah menuju tempat tujuanku. Aku berpamitan dan memohon doa restu ibu dan bapak dan segera pergi. Sepanjang perjalanan mataku tak lepas dari petunjuk jalan yang diberikan bu Dewi padaku, dan akhirnya aku sampai pada tempat yang dimaksud dalam alamat itu. PT. Impack Group, nama yang terpampang jelas didepan gerbang. Tanpa ragu aku memasuki gedung pencakar langit itu. Sesampainya didalam aku menanyakan tentang wawancara untuk calon karyawan baru.
“di lantai 3 mas, nanti mas bisa bertemu dengan Pak Yanto bagian HRD”
Tanpa membuang waktu lagi aku segera menuju tempat yang dimaksud. Rasa gugup mulai menyelimuti diriku. Ketika sampai aku langsung dipersilahkan masuk ke ruangan pak Yanto yang ternyata adalah kepala bagian HRD. Saat proses wawancara berlangsung aku menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tenang dan hati-hati demi hasil yang memuaskan. Wawancara tersebut selesai dalam waktu 20 menit, setelah ini aku masih harus menunggu untuk tahap pemeriksaan kesehatan. Setelah menunggu beberapa menit, aku kembali dipanggil untuk tahap selanjutnya. Pada tahap ini pun tidak mendapatkan hambatan dan semuanya berjalan dengan lancar.
“baik mas untuk hasil keseluruhan akan kami hubungi kembali”
“baik mba, terima kasih. Permisi”
Semua tahap telahku lewati dengan tenang tanpa rasa gugup seperti pesan ibu. Aku pulang ke rumah dengan wajah lelah dan sangat cape.
“gimana tadi mas?”
“alhamdulillah pak lancar”
“ga ada permasalahan kan mas?”
“ga ada pak, yaudah pak aku mau mandi dulu terus istirahat, pegel banget ini badanku”
Sebelum istirahat aku membersihkan badanku agar bisa beristirahat dengan nyaman, dan lupa untuk shalat, memohon petunjuk dan hasil yang maksimal.
Sambil menunggu hasil keputusan dari perusahaan aku membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah dan membuat kue yang nantinya akan dijual oleh kedua adikku. Denganku membantu ibu seperti ini aku lihat sudah ada kesenangan sendiri yang terlihat dari wajah ibu dan tentunya aku pun ikut senang melihat ibu seperti itu. Berhari-hari aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Rasa putus asa sempat mendatangiku tapi ibu meyakiniku kalau aku diterima diperusahaan itu. Kesabaranku membuahkan hasil, beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa aku diterima menjadi karyawan kontrak di perusahaan itu di bagian accounting, sesuai dengan ilmu yang kudapat pada saat aku duduk dibangku sekolah menengah atas. Puji syukur tak henti-hentinya kupanjatkan kepada Allah SWT atas semua yang telah ia berikan padaku.
“bu... aku diterima bu...”
“alhamdulillah mas” ucap syukur ibu sambil meneteskan air mata bahagia.
Dihari pertama ku bekerja, aku mengenal teman-teman dan lingkungan baruku yang nantinya akan menjadi bagian dalam duniaku. Pekerjaan-pekerjaan yang aku kerjakan sudah tidak asing lagi bagiku, sehingga aku tidak mendapatkan kesulitan pada saat mengerjakannya. Baru saja beberapa hari bekerja disitu aku sudah merasakan kenyamanan seperti dalam lingkungan yang sudah lama ku kenal. Kesenanganku saat ini tak lepas dari bantuan bu Dewi yang telah menghubungkanku dengan duniaku saat ini. Sepulang kerja aku berencana ingin mengunjungi rumah bu Dewi untuk mengucapkan terima kasih. Ketika waktu pulang aku segera bergegas meninggalkan kantor, tapi sebelum ke rumah beliau aku mampir kesebuah toko untuk membeli beberapa bingkisan sebagai ucapan terima kasihku.
“Assalamu’alaikum...”
“Walaikumsalam...”
“ibu maaf ganggu”
“oh Adi, masuk di masuk”
“iya bu...”
Bu Dewi dengan baju dasternya sangat berbeda dengan bu Dewi pada saat memakai seragam dinas dan make up. Selain mengucapkan terima kasih aku juga menceritakan dunia kerjaku saat ini.
“makanya bu saya mau berterima kasih banget sama ibu, tanpa bantuan ibu Adi ga akan bisa kaya gini”
“udah jadi kewajiban ibu sebagai guru untuk bantu muridnya di”
Kata-kata sederhana dari bu Dewi mempunyai banyak makna yang terkandung didalamnya. Beliau benar-benar pahlawan bagiku dan keluargaku.
Semenjak aku bekerja disana perekonomian keluargaku menjadi membaik. Ibu tidak perlu lagi menjadi buruh cuci untuk membiayi kehidupan kami sehari-hari, adik-adikku tidak lagi berjualan kue disekolah mereka ku fokuskan untuk belajar dan sekarang bapak sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai supir pribadi. Di kantor aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Tentu saja seperti impianku untuk melanjutkan kuliah seperti teman-temanku yang lain.
“saya minta kamu harus pandai membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikanmu ya di, ini semua demi perusahaan kita”
“baik pak”
Kini aku melanjutkan kuliah disebuah universitas swasta jurusan Akuntansi. Meskipun tidak sesuai dengan impianku seutuhnya tapi tidak menyurutkan semangatku untuk terus belajar dan bekerja keras, demi karirku dan demi keluargaku.
Dia tetaplah sahabatku...
Kisah persahabatan memang tidak akan ada akhirnya. Arti sebuah persahabatan yang sampai saat ini masih sangat terasa dan mungkin tidak akan terlupakan. Serumit apapun itu tetap akan terselesaikan dengan kebersamaan yang abadi. Kisah ini dimulai saatku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Aku dan 5 sahabat baikku Handa, Ayu, Octa, Lia dan Susan selalu bersama. Tak tahu sejak kapan kami jadi sedekat ini. Mungkin ada beberapa kesamaan dari kami yang menjadikan kami menjadi sahabat seperti sekarang ini. Mulai dari kelas yang sama sampai organisasi yang kami ikuti.
Walaupun pada dasarnya manusia memiliki sifat dan karakter yang berbeda kami selalu mencoba menyamaratakannya. Handa temanku yang gendut ini ahli dalam pelajaran Matematika, memiliki sifat yang sedikit keras dan berpendirian kuat. Ayu temanku yang ahli debat pada pelajaran Kewarganegaraan ini adalah tipe orang yang segala sesuatunya dipikirkan dengan sangat rasional dan logis. Octa sahabatku yang paling imut diantara yang imut dan bisa dibilang kembang sekolah ini merupakan sosok yang mandiri tapi manja. Lia si jangkung yang merupakan kembaran jauhnya salah satu artis remaja (baca:Mikha Tambayong) sangatlah lembut baik dari kelakuannya maupun cara bicaranya tapi jangan samakan pada saat dia marah, beda 180 derajat. Yang terakhir Susan, temanku yang memiliki ciri khas dari bentuk matanya yang agak sipit itu orangnya sedikit linglung dan sedikit lama dalam menyerap perbincangan apabila kami sedang berkumpul. Dan aku? Aku hanyalah gadis yang sedikit gemuk dan sangat menyukai olahraga basket.
Suatu saat persahabatan kami pun mendapatkan cobaannya. Octa mendapatkan sedikit masalah dalam keluarganya hingga dia menjadi sedikit tertutup pada kami, ditambah lagi dengan pacar baru Octa yang membuat kelakuan Octa semakin aneh.
“ta lu kok jadi beda sekarang?” tanyaku pada Octa.
“ga ada apa-apa ko Wid”
“gue yakin lo ada apa-apa, cerita dooooong”
“hem, tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa?”
“iye ta”
Setelah menyetujui permintaan Octa, diapun menceritakan semuanya yang selama ini ia tutup-tutupi dari kami. Pacar Octa yang awalnya diperkenalkan oleh mamanya merupakan sosok laki-laki yang umurnya terpaut jauh diatasnya dan merupakan seorang single parents dengan dua orang anak.
“Ha? Terus?”
“ya gitu, gue udah sayang banget sama dia Wid”
“nyokap lo tau kalo dia punya anak?”
“ya iyalah, kan nyokap gue yang ngenalin”
“hem... bagus deh kalo nyokap lo tau, takutnya nyokap lo ga tau. Terus?”
“terus apa lagi? Teras terus teras terus... kaya tukang parkir lo”
“hehe... maksud gue terus reaksi nyokap lo gimana?”
“fine fine aja, alhamdulillah”
“syukur deh kalo gitu”
Mendegar penjabaran Octa, diriku seperti tersetrum tegangan listrik. Tapi perasaanku sedikit lega karena orangtua Octa sudah terlibat didalamnya.
Suatu hari Ramdhan, pacar Octa datang ke sekolah untuk menjeputnya. Kedatangan Ramdhan itu pun menimbulkan sejumlah pertanyaan pada sahabat-sahabatku yang lain. Seolah tidak percaya, Handa pun menanyakannya pada Octa.
“ta itu cowo lo?”
“iya Han, kenapa?”
“hem... ga apa-apa hehe”
Sulit dipercaya setelah mengetahui hal itu, tapi aku sudah memperkirakan dan membayangkannya setelah Octa menceritakan yang sebenarnya tentang pacarnya itu.
Hubungan sahabatku dengan pacarnya itu makin hari kudengar makin baik. Tidak ada sesuatu yang membuat sahabatku jadikan masalah. Kami pun menjalankan aktivitas kami seperti biasa bersama-sama. Di tingkat akhir pada Sekolah Menegah Atas kami ini, kami mempunyai target untuk mencapai nilai yang maksimal. Kegiatan kami di organisasi yang kami ikuti sudah mulai kami tinggalkan demi menjaga konsentrasi kami pada pelajaran yang nanti akan diujiankan. Namun ada yang sedikit berbeda pada Octa, akhir-akhir ini ia sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan. Kami takut terjadi apa-apa pada sahabat kami itu.
“cek ibu kontrakan lo ga masuk lagi?” tanya Ayu
“iya semalem dia sms katanya dia sakit, asam lambungnya tinggi”
“ya Allah, sebentar lagi kan udah mau try out kasian kalo dia ga masuk terus. Takutnya dia ketinggalan pelajaran”
“iya sih tapi mau gimana lagi namanya juga orang sakit”
Melihat sikap dan kelakuan Octa menjadi pertanyaan besar untuk kami. Ada apa dengan Octa? Akhir-akhir ini ia jadi jarang masuk sekolah dan sangat membuat kami kahawatir.
Hari-hari disekolah tanpa 1 sahabat kami terasa sangat berbeda. Tempat duduk kami yang biasanya berjajar penuh, sekarang tidak. Pada saat makan dikantin, tidak ada lagi yang kami marahi karena makanannya penuh dengan sambal dan cuka. Keingin tahuanku pada keadaan Octa semakin besar dan aku memutuskan untuk menanyakannya lansung pada Octa melalui pesan singkat.
To : Octa
Ta, gimana kabar lo?
Kata Susan lo sakit lagi ya? GWS ya, biar bisa sekolah lagi n kumpul bareng kita2.
Udah kangen berat niiih !! :p
Tak lama kemudian Octa pun membalasnya, ia menceritakan alasan kenapa akhir-akhir ini tidak masuk sekolah sampai akhirnya ia menceritakan tentang keuarganya padaku. Sungguh tak menyangka dengan kondisi keluarganya saat ini. Tekanan batin yang ia rasakan dari sang mama menjadi salah satu masalah yang membuatnya tidak dapat fokus pada pelajaran sekolah.
From : Octa
Gue jadi bingun Wid sama nyokap gue sendiri. Yang jadi pertanyaan gue tuh buat apa awalnya dia ngenalin gue sama Ramdhan kalo sekarang gue suruh ngejauhin dia.
Udah gitu kelakuan nyokap gue sekarang2 ini makin aneh...
Penjelasan panjang Octa cukup membuatku simpati pada keadaannya sekarang ini. Aku tidak bisa membayangkan bila aku yang ada diposisinya. Mendapat tekanan batin dari orangtua sendiri untuk melepaskan orang yang kita sayang dalam keadaan yang tidak sehat. Sungguh suatu keadaan yang sangat rumit.
From : Octa
Gue mohon lo jangan bilang ato kasih tau siapa pun tentang ini ya Wid...
Aku hanya bisa menjaga rahasia yang sudah Octa percayakan padaku, hanya itu yang bisa ku lakukan demi sahabatku.
Setelah hari penuh curhatan via telepon seluler itu Octa kembali masuk sekolah. Kami kembali merasakan kelengkapan yanng biasanya terasa sepi tanpa Octa.
“tau ga, lo tuh kaya setan. Hari ini sama besok masuk, ntar kaga, ntar masuk lagi, ntar kaga lagi” ledek Handa pada Octa.
“hehe... ya maklumlah namanya juga artis, sibuk!” jawab Octa dengan nada seperti artis yang super sibuk.
Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Octa serentak mengundang tawa kami. Suatu moment yang sangat aku rindukan, saat berkumpul dengan orang-orang yang aku sayang. Tapi sayang tak berapa lama kemudian Octa kembali tidak masuk sekolah. Susan kembali mendapat sms dari Octa bahwa ia sakit lagi. Kali ini sangat membuat kami panik, karena 2 hari lagi akan diadakan try out terakhir pra Ujian Nasional. Pulang sekolah kami bermaksud berkunjung ke rumah Octa untuk memberikan kartu peserta try out dan mengantarkan buku latihan untuk belajarnya nanti. Seperti yang sudah direncanakan setelah bel pulang sekolah berbunyi kami langsung menuju rumah Octa yang tidak terlalu jauh dari sekolah.
Sesampainya dirumah Octa kami disambut oleh mamanya yang kebetulan membuka usaha dihalaman rumahnya.
“Octanya mana?” tanya mama Octa pada kami
Pertanyaan mama Octa yang singkat membuat kami sangat kaget. Seketika pertanyaan-pertanyaan tentang Octa hinggap di otak kami. Kami saling memandang satu sama lain dengan wajah kaget dan sangat tidak percaya.
“emm... tadi sih Octanya pulang duluan tante” jawab Ayu ragu
“pulang sama siapa dia? Sama Ramdhan ya?”
“kurang tau tuh tante, tadi pas Octa pulang kita masih dikelas”
Mendengar jawaban Ayu, orangtua Octa sedikit menggerutu tentang anaknya itu. Sangat diluar dugaan, tiba-tiba sang mama menceritakan semua tentang Octa sejak ia duduk di bangku SMP sampai dengan saat ini. Mendengar cerita mama Octa membuatku sangat bingung, karena apa yang kudengar saat ini dengan yang Octa ceritakan terdapat kejanggalan. Penasaran dengan keberadaan anaknya, orangtua Octa pun mencoba menghubungi Octa. 1 kali, 2 kali, 3 kali tidak ada respon dari sang penerima dan akhirnya mama Octa menghubugi Ramdhan. Tapi Ramdhan berkata bahwa ia sedang tidak bersama Octa. Kepanikan kami makin menjadi-jadi mendengar kabar tersebut dan demikian dengan mama Octa. Kami semua mengkhawatirkan Octa, kami takut hal-hal yang buruk menimpanya diluar sana. Setelah menunggu beberapa saat kami memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan pulang fikiran kami terus menerus di kelilingi tentang Octa, kami hanya berharap tidak terjadi apa-apa padanya.
Malamnya, Octa mengirimkan sebuah pesan singkat yang isinya adalah ucapan terima kasih tapi diikuti dengan kata-kata kesal. Membaca pesan itu sontak membuatku bingung, kenapa akhirnya jadi begini? Niat kami yang hanya ingin mengetahui keadaan sahabat kami berakhir dengan kemarahan dan kekesalan Octa.
Kenapa jadi gini? Gue sama yg lain cuma khawatir sama lo, ta...
Keesokan harinya sikap Octa berubah 180 derajat dari biasanya. Sekarang ia menjadi jutek dan dingin pada kami. Memperhatikan hal tersebut tentu saja membuat kami kebingungan setengah mati.
“kok dia jadi gitu sih?” tanya Handa agak sewot
“ga tau gue, tadi dari tadi pagi juga diem-dieman gue sama dia” jawab Susan bingung
“mungkin dia marah sama kita gara-gara udah masuk ke privasinya” timbrung Ayu
“kita bukan ganggu privasinya tapi kita tuh care sama dia” tambah Lia yang selama ini seakan bungkam
Mendengar pendapat mereka aku hanya bisa diam, tidak tahu harus berbuat apa supaya Octa kembali menjadi seperti semula.
Antara kami dan Octa makin hari semakin jauh, tidak seperti dulu. Hal tersebut terus berlangsung hingga Ujian Nasional tiba. Ia yang mendapat tempat duduk dibarisan paling depan memudahkan kami terutama aku mengontrolnya selama ujian berlangsung. Selama ujian berlangsung kami melihat tidak ada kesulitan yang berarti pada sahabat kami itu. Waktunya pengumuman nilai-nilai ujian pun tiba. Kami (tanpa Octa) berlari kesana kemari mencari nilai hasil belajar kami selama 3 tahun yang ditentukan dari Ujian yang sebulan lalu kami laksanakan.
“gue liat, gue liat...” ucapku sambil memasuki kerumunan teman-teman sekelasku yang sedang melihat hasilnya masing-masing.
“nanti aja Wid, kalo udah pada puas baru kita yang puas-puasin” beritahu Ayu padaku.
Aku segera mundur dan keluar dari kerumunan kecil yang sangat padat itu dan berpesan pada Wira sang ketua kelas untuk memberikan hasil itu padaku setelah semua teman-teman melihat hasilnya. Ekspresi yang bermacam-macam pun terlihat jelas dari raut wajah teman-temanku yang lain setelah melihat hasil itu, dan sampai akhirnya giliran kami tiba untuk melihat hasilnya. Ekspresi senang langsung terpancar dari sahabat-sahabatku namun keceriaan terhenti sejenak setelah melihat hasil Octa.
“ya Allah...”
“kenapa yu?”
“liat nih...” sambil menunjuk ke suatu nama yang sangat akrab dengan kami
Octavia
Bahasa Indonesia ...
Bahasa Inggris ...
Matematika ...
Kompetensi Kejuruan ...
Melihat hasil sahabatku sungguh menghapus semua kegembiraan kami, meskipun ia dinyatakan lulus tapi sebagai sahabat kami merasa gagal dalam menjalin solidaritas diantara kami berenam. Kabar tentang sahabat kami semenjak pengumuman itu menjadi simpang siur tidak jelas. Ada yang mengatakan dia sudah pindah rumah, sudah bekerja dan lain-lain. Begitu aku dan Ayu mencoba menghubunginya tak ada nomor telepon yang bisa kami hubungi, hilang dan tak tahu kemana. Bahkan pada perpisahan sekolah pun dia tidak datang menampakkan batang hidungnya, kami hanya bisa menghela napas dan berharap segera bertemu dengan Octa.
Setelah lulus kami pun sibuk dengan dunia kami masing-masing. Aku, Ayu, Handa dan Susan sibuk dengan kuliah sedangkan Lia sibuk dengan kerjanya, dan Octa... sampai saat ini belum ada kabarnya. Masalah tentang sahabat kami sudah mulai terhapuskan dari benak kami karena kesibukkan kami masing-masing dan sampai pada suatu hari...
From : Handa
Dud telpon gue sekarang!
Setelah membacanya aku segera mengikuti instruksi dari pesan tersebut. Handa memberitahukan bahwa sekarang Octa sedang hamil 8 bulan dan ia ingin kami berkumpul dirumahnya. Mendengar kabar tersebut spontan aku sangat kaget dan tidak percaya, kami memutuskan hari ini juga berkunjung ke kediaman Octa sekarang. Namun Ayu, Susan dan Lia tidak bisa ikut dikarenakan kesibukannya masing-masing. Rasa penasaran sangat menyelimutiku saat ini, ingin rasanya segera melihat Octa yang sudah sekian lama tidak bertemu. Dipersimpangan jalan kami menunggu Octa, dan tak lama kemudian ia muncul. Seorang perempuan kecil dengan kondisi perut besar memakai jaket besar, sulit kupercaya kalau itu adalah Octa. Badan yang gemuk seperti ibu hamil pada umumnya terlihat jelas pada sahabat kami yang sudah lama tidak bertemu.
“Widi, Handa...” panggil Octa dengan suara khasnya sambil melambaikan tangan pada kami. Kami membalas panggilan dan lambaian tangannya itu.
Setelah itu kami dibawa kesebuah rumah kontrakan yang tidak jauh dari tempat kami bertemu. Kontrakan Octa dan suaminya Ramdhan yang berada di depan gang.
“ayo masuk masuk, maap ya kalo kecil” ajak Octa
“ga apa-apa kali ta, yang penting ada tempat tinggal” jawab Handa
Pertemuan kami kali itu adalah pertemuan setelah pengumuman kelulusan sekolah. Berbulan-bulan tidak bertemu dan ternyata ia sedang mempersiapkan diri menjadi seorang ibu. Pertanyaan demi pertanyaan seputar dirinya terus kami tanyakan pada sang narasumber. Mulai dari kabarnya hingga keadaan rumah tangga barunya.
“ya sekarang gue udah tenang soalnya udah punya temen hidup hehe” ucap Octa
Beberapa hari kemudian Lia da Susan ikut bersamaku dan Handa ke kediaman Octa yang baru. Suasana yang sudah lama tak kami rasakan kini kembali kurasakan bersama sahabat-sahabatku. Dan kini Octa telah melahirkan anak pertamanya, anak laki-laki yang sangat lucu dan aktif seperti ibunya. Kini kekhawatiranku dan yang lain terbayar sudah. Octa yang bahagia dengan kehidupan barunya sebagai seorang istri dan seorang ibu memberikan pelajaran yang sangat bermakna bagi kami. Bagaimana pun keadaan dan kondisi sahabat kita saat ini, dia tetaplah sahabatku yang ada disetiap senang dan sedihku.
Walaupun pada dasarnya manusia memiliki sifat dan karakter yang berbeda kami selalu mencoba menyamaratakannya. Handa temanku yang gendut ini ahli dalam pelajaran Matematika, memiliki sifat yang sedikit keras dan berpendirian kuat. Ayu temanku yang ahli debat pada pelajaran Kewarganegaraan ini adalah tipe orang yang segala sesuatunya dipikirkan dengan sangat rasional dan logis. Octa sahabatku yang paling imut diantara yang imut dan bisa dibilang kembang sekolah ini merupakan sosok yang mandiri tapi manja. Lia si jangkung yang merupakan kembaran jauhnya salah satu artis remaja (baca:Mikha Tambayong) sangatlah lembut baik dari kelakuannya maupun cara bicaranya tapi jangan samakan pada saat dia marah, beda 180 derajat. Yang terakhir Susan, temanku yang memiliki ciri khas dari bentuk matanya yang agak sipit itu orangnya sedikit linglung dan sedikit lama dalam menyerap perbincangan apabila kami sedang berkumpul. Dan aku? Aku hanyalah gadis yang sedikit gemuk dan sangat menyukai olahraga basket.
Suatu saat persahabatan kami pun mendapatkan cobaannya. Octa mendapatkan sedikit masalah dalam keluarganya hingga dia menjadi sedikit tertutup pada kami, ditambah lagi dengan pacar baru Octa yang membuat kelakuan Octa semakin aneh.
“ta lu kok jadi beda sekarang?” tanyaku pada Octa.
“ga ada apa-apa ko Wid”
“gue yakin lo ada apa-apa, cerita dooooong”
“hem, tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa?”
“iye ta”
Setelah menyetujui permintaan Octa, diapun menceritakan semuanya yang selama ini ia tutup-tutupi dari kami. Pacar Octa yang awalnya diperkenalkan oleh mamanya merupakan sosok laki-laki yang umurnya terpaut jauh diatasnya dan merupakan seorang single parents dengan dua orang anak.
“Ha? Terus?”
“ya gitu, gue udah sayang banget sama dia Wid”
“nyokap lo tau kalo dia punya anak?”
“ya iyalah, kan nyokap gue yang ngenalin”
“hem... bagus deh kalo nyokap lo tau, takutnya nyokap lo ga tau. Terus?”
“terus apa lagi? Teras terus teras terus... kaya tukang parkir lo”
“hehe... maksud gue terus reaksi nyokap lo gimana?”
“fine fine aja, alhamdulillah”
“syukur deh kalo gitu”
Mendegar penjabaran Octa, diriku seperti tersetrum tegangan listrik. Tapi perasaanku sedikit lega karena orangtua Octa sudah terlibat didalamnya.
Suatu hari Ramdhan, pacar Octa datang ke sekolah untuk menjeputnya. Kedatangan Ramdhan itu pun menimbulkan sejumlah pertanyaan pada sahabat-sahabatku yang lain. Seolah tidak percaya, Handa pun menanyakannya pada Octa.
“ta itu cowo lo?”
“iya Han, kenapa?”
“hem... ga apa-apa hehe”
Sulit dipercaya setelah mengetahui hal itu, tapi aku sudah memperkirakan dan membayangkannya setelah Octa menceritakan yang sebenarnya tentang pacarnya itu.
Hubungan sahabatku dengan pacarnya itu makin hari kudengar makin baik. Tidak ada sesuatu yang membuat sahabatku jadikan masalah. Kami pun menjalankan aktivitas kami seperti biasa bersama-sama. Di tingkat akhir pada Sekolah Menegah Atas kami ini, kami mempunyai target untuk mencapai nilai yang maksimal. Kegiatan kami di organisasi yang kami ikuti sudah mulai kami tinggalkan demi menjaga konsentrasi kami pada pelajaran yang nanti akan diujiankan. Namun ada yang sedikit berbeda pada Octa, akhir-akhir ini ia sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan. Kami takut terjadi apa-apa pada sahabat kami itu.
“cek ibu kontrakan lo ga masuk lagi?” tanya Ayu
“iya semalem dia sms katanya dia sakit, asam lambungnya tinggi”
“ya Allah, sebentar lagi kan udah mau try out kasian kalo dia ga masuk terus. Takutnya dia ketinggalan pelajaran”
“iya sih tapi mau gimana lagi namanya juga orang sakit”
Melihat sikap dan kelakuan Octa menjadi pertanyaan besar untuk kami. Ada apa dengan Octa? Akhir-akhir ini ia jadi jarang masuk sekolah dan sangat membuat kami kahawatir.
Hari-hari disekolah tanpa 1 sahabat kami terasa sangat berbeda. Tempat duduk kami yang biasanya berjajar penuh, sekarang tidak. Pada saat makan dikantin, tidak ada lagi yang kami marahi karena makanannya penuh dengan sambal dan cuka. Keingin tahuanku pada keadaan Octa semakin besar dan aku memutuskan untuk menanyakannya lansung pada Octa melalui pesan singkat.
To : Octa
Ta, gimana kabar lo?
Kata Susan lo sakit lagi ya? GWS ya, biar bisa sekolah lagi n kumpul bareng kita2.
Udah kangen berat niiih !! :p
Tak lama kemudian Octa pun membalasnya, ia menceritakan alasan kenapa akhir-akhir ini tidak masuk sekolah sampai akhirnya ia menceritakan tentang keuarganya padaku. Sungguh tak menyangka dengan kondisi keluarganya saat ini. Tekanan batin yang ia rasakan dari sang mama menjadi salah satu masalah yang membuatnya tidak dapat fokus pada pelajaran sekolah.
From : Octa
Gue jadi bingun Wid sama nyokap gue sendiri. Yang jadi pertanyaan gue tuh buat apa awalnya dia ngenalin gue sama Ramdhan kalo sekarang gue suruh ngejauhin dia.
Udah gitu kelakuan nyokap gue sekarang2 ini makin aneh...
Penjelasan panjang Octa cukup membuatku simpati pada keadaannya sekarang ini. Aku tidak bisa membayangkan bila aku yang ada diposisinya. Mendapat tekanan batin dari orangtua sendiri untuk melepaskan orang yang kita sayang dalam keadaan yang tidak sehat. Sungguh suatu keadaan yang sangat rumit.
From : Octa
Gue mohon lo jangan bilang ato kasih tau siapa pun tentang ini ya Wid...
Aku hanya bisa menjaga rahasia yang sudah Octa percayakan padaku, hanya itu yang bisa ku lakukan demi sahabatku.
Setelah hari penuh curhatan via telepon seluler itu Octa kembali masuk sekolah. Kami kembali merasakan kelengkapan yanng biasanya terasa sepi tanpa Octa.
“tau ga, lo tuh kaya setan. Hari ini sama besok masuk, ntar kaga, ntar masuk lagi, ntar kaga lagi” ledek Handa pada Octa.
“hehe... ya maklumlah namanya juga artis, sibuk!” jawab Octa dengan nada seperti artis yang super sibuk.
Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Octa serentak mengundang tawa kami. Suatu moment yang sangat aku rindukan, saat berkumpul dengan orang-orang yang aku sayang. Tapi sayang tak berapa lama kemudian Octa kembali tidak masuk sekolah. Susan kembali mendapat sms dari Octa bahwa ia sakit lagi. Kali ini sangat membuat kami panik, karena 2 hari lagi akan diadakan try out terakhir pra Ujian Nasional. Pulang sekolah kami bermaksud berkunjung ke rumah Octa untuk memberikan kartu peserta try out dan mengantarkan buku latihan untuk belajarnya nanti. Seperti yang sudah direncanakan setelah bel pulang sekolah berbunyi kami langsung menuju rumah Octa yang tidak terlalu jauh dari sekolah.
Sesampainya dirumah Octa kami disambut oleh mamanya yang kebetulan membuka usaha dihalaman rumahnya.
“Octanya mana?” tanya mama Octa pada kami
Pertanyaan mama Octa yang singkat membuat kami sangat kaget. Seketika pertanyaan-pertanyaan tentang Octa hinggap di otak kami. Kami saling memandang satu sama lain dengan wajah kaget dan sangat tidak percaya.
“emm... tadi sih Octanya pulang duluan tante” jawab Ayu ragu
“pulang sama siapa dia? Sama Ramdhan ya?”
“kurang tau tuh tante, tadi pas Octa pulang kita masih dikelas”
Mendengar jawaban Ayu, orangtua Octa sedikit menggerutu tentang anaknya itu. Sangat diluar dugaan, tiba-tiba sang mama menceritakan semua tentang Octa sejak ia duduk di bangku SMP sampai dengan saat ini. Mendengar cerita mama Octa membuatku sangat bingung, karena apa yang kudengar saat ini dengan yang Octa ceritakan terdapat kejanggalan. Penasaran dengan keberadaan anaknya, orangtua Octa pun mencoba menghubungi Octa. 1 kali, 2 kali, 3 kali tidak ada respon dari sang penerima dan akhirnya mama Octa menghubugi Ramdhan. Tapi Ramdhan berkata bahwa ia sedang tidak bersama Octa. Kepanikan kami makin menjadi-jadi mendengar kabar tersebut dan demikian dengan mama Octa. Kami semua mengkhawatirkan Octa, kami takut hal-hal yang buruk menimpanya diluar sana. Setelah menunggu beberapa saat kami memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan pulang fikiran kami terus menerus di kelilingi tentang Octa, kami hanya berharap tidak terjadi apa-apa padanya.
Malamnya, Octa mengirimkan sebuah pesan singkat yang isinya adalah ucapan terima kasih tapi diikuti dengan kata-kata kesal. Membaca pesan itu sontak membuatku bingung, kenapa akhirnya jadi begini? Niat kami yang hanya ingin mengetahui keadaan sahabat kami berakhir dengan kemarahan dan kekesalan Octa.
Kenapa jadi gini? Gue sama yg lain cuma khawatir sama lo, ta...
Keesokan harinya sikap Octa berubah 180 derajat dari biasanya. Sekarang ia menjadi jutek dan dingin pada kami. Memperhatikan hal tersebut tentu saja membuat kami kebingungan setengah mati.
“kok dia jadi gitu sih?” tanya Handa agak sewot
“ga tau gue, tadi dari tadi pagi juga diem-dieman gue sama dia” jawab Susan bingung
“mungkin dia marah sama kita gara-gara udah masuk ke privasinya” timbrung Ayu
“kita bukan ganggu privasinya tapi kita tuh care sama dia” tambah Lia yang selama ini seakan bungkam
Mendengar pendapat mereka aku hanya bisa diam, tidak tahu harus berbuat apa supaya Octa kembali menjadi seperti semula.
Antara kami dan Octa makin hari semakin jauh, tidak seperti dulu. Hal tersebut terus berlangsung hingga Ujian Nasional tiba. Ia yang mendapat tempat duduk dibarisan paling depan memudahkan kami terutama aku mengontrolnya selama ujian berlangsung. Selama ujian berlangsung kami melihat tidak ada kesulitan yang berarti pada sahabat kami itu. Waktunya pengumuman nilai-nilai ujian pun tiba. Kami (tanpa Octa) berlari kesana kemari mencari nilai hasil belajar kami selama 3 tahun yang ditentukan dari Ujian yang sebulan lalu kami laksanakan.
“gue liat, gue liat...” ucapku sambil memasuki kerumunan teman-teman sekelasku yang sedang melihat hasilnya masing-masing.
“nanti aja Wid, kalo udah pada puas baru kita yang puas-puasin” beritahu Ayu padaku.
Aku segera mundur dan keluar dari kerumunan kecil yang sangat padat itu dan berpesan pada Wira sang ketua kelas untuk memberikan hasil itu padaku setelah semua teman-teman melihat hasilnya. Ekspresi yang bermacam-macam pun terlihat jelas dari raut wajah teman-temanku yang lain setelah melihat hasil itu, dan sampai akhirnya giliran kami tiba untuk melihat hasilnya. Ekspresi senang langsung terpancar dari sahabat-sahabatku namun keceriaan terhenti sejenak setelah melihat hasil Octa.
“ya Allah...”
“kenapa yu?”
“liat nih...” sambil menunjuk ke suatu nama yang sangat akrab dengan kami
Octavia
Bahasa Indonesia ...
Bahasa Inggris ...
Matematika ...
Kompetensi Kejuruan ...
Melihat hasil sahabatku sungguh menghapus semua kegembiraan kami, meskipun ia dinyatakan lulus tapi sebagai sahabat kami merasa gagal dalam menjalin solidaritas diantara kami berenam. Kabar tentang sahabat kami semenjak pengumuman itu menjadi simpang siur tidak jelas. Ada yang mengatakan dia sudah pindah rumah, sudah bekerja dan lain-lain. Begitu aku dan Ayu mencoba menghubunginya tak ada nomor telepon yang bisa kami hubungi, hilang dan tak tahu kemana. Bahkan pada perpisahan sekolah pun dia tidak datang menampakkan batang hidungnya, kami hanya bisa menghela napas dan berharap segera bertemu dengan Octa.
Setelah lulus kami pun sibuk dengan dunia kami masing-masing. Aku, Ayu, Handa dan Susan sibuk dengan kuliah sedangkan Lia sibuk dengan kerjanya, dan Octa... sampai saat ini belum ada kabarnya. Masalah tentang sahabat kami sudah mulai terhapuskan dari benak kami karena kesibukkan kami masing-masing dan sampai pada suatu hari...
From : Handa
Dud telpon gue sekarang!
Setelah membacanya aku segera mengikuti instruksi dari pesan tersebut. Handa memberitahukan bahwa sekarang Octa sedang hamil 8 bulan dan ia ingin kami berkumpul dirumahnya. Mendengar kabar tersebut spontan aku sangat kaget dan tidak percaya, kami memutuskan hari ini juga berkunjung ke kediaman Octa sekarang. Namun Ayu, Susan dan Lia tidak bisa ikut dikarenakan kesibukannya masing-masing. Rasa penasaran sangat menyelimutiku saat ini, ingin rasanya segera melihat Octa yang sudah sekian lama tidak bertemu. Dipersimpangan jalan kami menunggu Octa, dan tak lama kemudian ia muncul. Seorang perempuan kecil dengan kondisi perut besar memakai jaket besar, sulit kupercaya kalau itu adalah Octa. Badan yang gemuk seperti ibu hamil pada umumnya terlihat jelas pada sahabat kami yang sudah lama tidak bertemu.
“Widi, Handa...” panggil Octa dengan suara khasnya sambil melambaikan tangan pada kami. Kami membalas panggilan dan lambaian tangannya itu.
Setelah itu kami dibawa kesebuah rumah kontrakan yang tidak jauh dari tempat kami bertemu. Kontrakan Octa dan suaminya Ramdhan yang berada di depan gang.
“ayo masuk masuk, maap ya kalo kecil” ajak Octa
“ga apa-apa kali ta, yang penting ada tempat tinggal” jawab Handa
Pertemuan kami kali itu adalah pertemuan setelah pengumuman kelulusan sekolah. Berbulan-bulan tidak bertemu dan ternyata ia sedang mempersiapkan diri menjadi seorang ibu. Pertanyaan demi pertanyaan seputar dirinya terus kami tanyakan pada sang narasumber. Mulai dari kabarnya hingga keadaan rumah tangga barunya.
“ya sekarang gue udah tenang soalnya udah punya temen hidup hehe” ucap Octa
Beberapa hari kemudian Lia da Susan ikut bersamaku dan Handa ke kediaman Octa yang baru. Suasana yang sudah lama tak kami rasakan kini kembali kurasakan bersama sahabat-sahabatku. Dan kini Octa telah melahirkan anak pertamanya, anak laki-laki yang sangat lucu dan aktif seperti ibunya. Kini kekhawatiranku dan yang lain terbayar sudah. Octa yang bahagia dengan kehidupan barunya sebagai seorang istri dan seorang ibu memberikan pelajaran yang sangat bermakna bagi kami. Bagaimana pun keadaan dan kondisi sahabat kita saat ini, dia tetaplah sahabatku yang ada disetiap senang dan sedihku.
Jumat, 20 Januari 2012
Putri Keraton VS Jawara Bojong episode 3
Semenjak hari itu aku dan Raka menjadi teman baik, tidak seperti sebelumnya yang sering bertengkar dan saling mengejek. Tapi sayangnya kami menjadi akrab saat Raka sudah tidak disini lagi. Yaa ... Raka pindah sekolah, ia pindah ke salah satu daerah di Bogor tapi aku tidak tahu persis dimana daerah itu. Kami tetap berkomunikasi baik. Ia menceritakan semua pengalaman barunya di sekolah dan lingkungan barunya disana.
Disamping itu aku sangat merasakan kehilangan sosok Raka yang selalu ada di hari-hariku di sekolah. Tidak ada lagi orang yang menjadi teman bertengkarku, teman ejekanku dan teman yang selalu buat aku marah. Secara tidak langsung aku sangat merasa kehilangan Raka saat ini, dan aku sangat berharap aku dapat mengulang kembali waktu-waktu yang telah terlewat bersamanya.
Tak terasa sudah 6 bulan hari-hariku sepi tanpa Raka. Selain itu yang membuatku tambah sedih akhir-akhir ini, bahkan sudah hampir 2 bulan Raka tidak mengabarkan keadaannya disana. Ada apa dengannya ? aku sangat khawatir dengan keadaannya saat ini. Tak jarang pula aku bercerita kepada Bapak dan Ibu tentang ini. Mereka selalu bilang bahwa mungkin saja ia disana sedang sibuk dengan aktivitas dan kegiatannya, makanya ia tidak sempat memberikan kabar kepadaku. Hmm ... entahlah, yang jelas aku sangat khawatir dengan keadaannya.
Tiba-tiba aku terfikir,
“kenapa gak search di facebook aja ?” batinku memberi ide
Tanpa buang-buang waktu lagi aku segera mengambil laptopku dan langsung mengkoneksikannya dengan situs kegemaranku itu. Satu persatu aku mulai mencari dengan satu kunci yaitu namanya ‘Raka Putra’. Dengan percaya diri yang tinggi aku mulai mencari seluruh pengguna akun yang mempunyai nama seperti itu. Tapi tak satu pun dari para pengguna itu aku dapati sebagai Raka yang aku cari.
Sudah hampir 2 jam aku mencari akun Facebook miliknya tapi hasilnya NOL. Semua tenaga dan fikiranku habis terkuras didepan layar laptopku. Mata ini sudah mulai letih yang sedari tadi sacara terus-menerus melihat ke arah monitor. Mungkin pencarianku melalui facebook cukup sampai sini.
“Raka ... dimana kamu ?” tanyaku sambil melihat ke arah monitor laptopku dan secara tak sengaja air mataku menetes dan membasahi pipiku.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah dengan menyandang sebagai murid kelas XII IPA 1. Suasana sekolah sama seperti biasanya, setiap awal tahun ajaran baru pasti ada MOS. Adanya kegiatan rutin disekolah itu tiap tahunnya memberikan hiburan tersendiri bagiku yang menyaksikan kejailan senior kepada juniornya.
“Vin, liat deh yang itu. Ganteng bangeet !” beritahu Santi ketika melihat sosok laki-laki yang menurutnya unik
“yang mana ?” tanyaku yang tidak tahu orang yang Santi maksud
“itu tuh ... yang pake kacamata biru” jawab Santi sambil menunjuk kearah orangnya
“mana sih ???” tanyaku lagi sambil mencari orang yang ia maksud
“yaampun Vina, masa anak seganteng itu gak keliatan sama lo ? itu tuh ...”jawab Santi kesal
“oh ...”ucapku sok tahu
“uda tau kan ? bener kan Vin ganteng banget ...” ucap Santi menyambung ucapanku tadi. Ketika Santi sedang curhat tentang si anak baru itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Secara spontan aku menoleh kearah pundakku dan melihat seorang laki-laki menggunakan seragam sekolah lain berdiri disampingku.
“maaf, mau tanya ruang guru dimana yah?” tanya orang itu kepadaku
Ketika akan menjawab Santi lansung menyambar menjawab pertanyaan orang itu.
“dari sini kamu lurus aja, kalo udah mentok belok kanan deh. Nanti disitu juga uda keliatan banyak guru-guru berkeliaran” jawab Santi centil
Melihat sikap Santi orang itu jadi heran dan jadi tercengang begitupun dengan aku.
“oh, baiklah terima kasih” ucap orang itu lalu segera menuju tenpat yang dituju
“yaampun Vin ... cowok tadi ganteng bangeeeeeeet !’ ucap Santi dengan gaya centilnya
“ha ? tadi kamu bilang yang pake kacamata yang ganteng, sekarang yang itu. Sebenernya yang mana sih ?” tanyaku bingung
“emang sih awalnya yang pake kacamata itu tapi sekarang mah yang itu aja deh. Gayanya itu loh Vin, euh ... keren abis !” jawab Santi lebay
“huss ! inget si Budi pacar kamu San. Mau dikemanain dia ?” ucapku menasehati temanku yang satu ini
“hemm ... dia kan sekarang lagi gak disini jadi boleh lah cuci mata ? hehe” jawab Santi ngeles
“yauda terserah kamu aja deh” balasku
Perbincanganku dengan teman lebayku ternyata tak terasa sudah berjalan setengah jam alias 30 menit. Bel masuk pun berbunyi, semua anak yang berada di luar segera masuk ke kelas masing-masing, begitupun dengan aku dan Santi yang sejak tadi berada dikoridor kelas.
Tingkah dan kelakuan Santi selalu bisa membuatku lupa semua tentang Raka. Karena kekonyolan dan humornya lah, tak heran jika aku menjadikannya teman terbaikku disekolah. Di kelas 3 ini ia duduk sebangku dengan pacarnya Budi, menurutnya kesempatan sekolah yang tinggal 1 tahun ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk dalam hal pacaran. Dia tidak mau menyia-nyiakan sisa-sisa masa sekolahnya tanpa sang pacar.
“Vin, jangan sedih yah sekarang lo gue tinggal duduk sendiri” ucap Santi lebay
“iya San, gak apa-apa. Puas-puasin dah sama pacarmu itu. Aku ikhlas dunia akhirat. Haha” jawabku ngawur
“kaya apaan aja kamu Vin pake dunia akhirat segala” sambung Budi yang sedaritadi menyimak percakapan kami berdua
“haha. Sekali-kali aku lebay kaya pacarmu kan gak apa-apa Bud” balasku mengejek
Belum sempat Budi membalas ejekkanku, bu Maria guru Fisika nan cantik itu masuk ke kelas.
“pagi anak-anak” sapa bu Maria dan secara serentak semua murid dikelas termasuk aku menjawab sapaan bu Maria
“sebelum memulai pelajaran hari ini, ibu akan memperkenalkan seorang murid baru pindahan dari Bandung ...” beritahu bu Maria
Sebelum bu Maria melanjutkan pembicaraannya semua murid dikelas menjadi heboh karena kedatangan murid baru dari luar kota.
“bu maaf, bukannya kalau sudah kelas 3 gak bisa terima murid baru lagi ?” tanyaku memotong pembicaraan bu Maria
Namun bu Maria tidak menjawab pertanyaanku dan langsung memanggil anak baru itu masuk. Ketika ia masuk aku tercengang melihat orang itu begitupun dengan Santi. Ternyata dia orang yang bertanya padaku tadi.
“selamat pagi, perkenalkan nama saya Doni Nugraha biasa dipanggil Doni. Saya murid pindahan dari SMAN 3 Bandung jurusan IPA. Salam kenal” ucap anak baru itu memperkenalkan diri
Semua cewek yang ada dikelas seolah terpaku pada murid baru itu termasuk Santi. Mereka seperti terhipnotis ketika anak baru itu sedang memperkenalkan diri.
“oke baiklah, cukup perkenalannya. Doni sekarang kamu cari tempat duduk yang kosong ...” ucap bu Maria sambil melihat-lihat sekeliling kelas sampai ia melihat kearah tempat dudukku
“nah, disana kamu duduk. Bersama Vina” sambung bu Maria meneruskan ucapannya
“baik bu” jawab Doni si anak baru itu
Akhirnya Doni duduk denganku, sesuai dengan perintah bu Maria. Semua cewek dikelas merasa iri denganku karena aku duduk sebangku dengan anak baru itu.
“hey, kamu yang tadi itu kan ? aku Doni” tiba-tiba orang itu memperkenalkan diri didepanku sambil menyodorkan tangannya
“iya. Aku udah tau kok, tadikan kamu ngenalin diri kamu didepan” jawabku santai tanpa membalas jabatan tangan yang ia tawarkan
“oh iya yah ? hehe. Oke, nama kamu siapa ?” tanya orang itu
“tadi kan bu Maria udah sebutin nama aku. Vina” jawabku agak jutek
“oh, oke. Salam kenal Vina” balas Doni dengan senyumannya yang membuatku sedi kit luluh dan aku balas dengan senyumanku
Disamping itu aku sangat merasakan kehilangan sosok Raka yang selalu ada di hari-hariku di sekolah. Tidak ada lagi orang yang menjadi teman bertengkarku, teman ejekanku dan teman yang selalu buat aku marah. Secara tidak langsung aku sangat merasa kehilangan Raka saat ini, dan aku sangat berharap aku dapat mengulang kembali waktu-waktu yang telah terlewat bersamanya.
Tak terasa sudah 6 bulan hari-hariku sepi tanpa Raka. Selain itu yang membuatku tambah sedih akhir-akhir ini, bahkan sudah hampir 2 bulan Raka tidak mengabarkan keadaannya disana. Ada apa dengannya ? aku sangat khawatir dengan keadaannya saat ini. Tak jarang pula aku bercerita kepada Bapak dan Ibu tentang ini. Mereka selalu bilang bahwa mungkin saja ia disana sedang sibuk dengan aktivitas dan kegiatannya, makanya ia tidak sempat memberikan kabar kepadaku. Hmm ... entahlah, yang jelas aku sangat khawatir dengan keadaannya.
Tiba-tiba aku terfikir,
“kenapa gak search di facebook aja ?” batinku memberi ide
Tanpa buang-buang waktu lagi aku segera mengambil laptopku dan langsung mengkoneksikannya dengan situs kegemaranku itu. Satu persatu aku mulai mencari dengan satu kunci yaitu namanya ‘Raka Putra’. Dengan percaya diri yang tinggi aku mulai mencari seluruh pengguna akun yang mempunyai nama seperti itu. Tapi tak satu pun dari para pengguna itu aku dapati sebagai Raka yang aku cari.
Sudah hampir 2 jam aku mencari akun Facebook miliknya tapi hasilnya NOL. Semua tenaga dan fikiranku habis terkuras didepan layar laptopku. Mata ini sudah mulai letih yang sedari tadi sacara terus-menerus melihat ke arah monitor. Mungkin pencarianku melalui facebook cukup sampai sini.
“Raka ... dimana kamu ?” tanyaku sambil melihat ke arah monitor laptopku dan secara tak sengaja air mataku menetes dan membasahi pipiku.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah dengan menyandang sebagai murid kelas XII IPA 1. Suasana sekolah sama seperti biasanya, setiap awal tahun ajaran baru pasti ada MOS. Adanya kegiatan rutin disekolah itu tiap tahunnya memberikan hiburan tersendiri bagiku yang menyaksikan kejailan senior kepada juniornya.
“Vin, liat deh yang itu. Ganteng bangeet !” beritahu Santi ketika melihat sosok laki-laki yang menurutnya unik
“yang mana ?” tanyaku yang tidak tahu orang yang Santi maksud
“itu tuh ... yang pake kacamata biru” jawab Santi sambil menunjuk kearah orangnya
“mana sih ???” tanyaku lagi sambil mencari orang yang ia maksud
“yaampun Vina, masa anak seganteng itu gak keliatan sama lo ? itu tuh ...”jawab Santi kesal
“oh ...”ucapku sok tahu
“uda tau kan ? bener kan Vin ganteng banget ...” ucap Santi menyambung ucapanku tadi. Ketika Santi sedang curhat tentang si anak baru itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Secara spontan aku menoleh kearah pundakku dan melihat seorang laki-laki menggunakan seragam sekolah lain berdiri disampingku.
“maaf, mau tanya ruang guru dimana yah?” tanya orang itu kepadaku
Ketika akan menjawab Santi lansung menyambar menjawab pertanyaan orang itu.
“dari sini kamu lurus aja, kalo udah mentok belok kanan deh. Nanti disitu juga uda keliatan banyak guru-guru berkeliaran” jawab Santi centil
Melihat sikap Santi orang itu jadi heran dan jadi tercengang begitupun dengan aku.
“oh, baiklah terima kasih” ucap orang itu lalu segera menuju tenpat yang dituju
“yaampun Vin ... cowok tadi ganteng bangeeeeeeet !’ ucap Santi dengan gaya centilnya
“ha ? tadi kamu bilang yang pake kacamata yang ganteng, sekarang yang itu. Sebenernya yang mana sih ?” tanyaku bingung
“emang sih awalnya yang pake kacamata itu tapi sekarang mah yang itu aja deh. Gayanya itu loh Vin, euh ... keren abis !” jawab Santi lebay
“huss ! inget si Budi pacar kamu San. Mau dikemanain dia ?” ucapku menasehati temanku yang satu ini
“hemm ... dia kan sekarang lagi gak disini jadi boleh lah cuci mata ? hehe” jawab Santi ngeles
“yauda terserah kamu aja deh” balasku
Perbincanganku dengan teman lebayku ternyata tak terasa sudah berjalan setengah jam alias 30 menit. Bel masuk pun berbunyi, semua anak yang berada di luar segera masuk ke kelas masing-masing, begitupun dengan aku dan Santi yang sejak tadi berada dikoridor kelas.
Tingkah dan kelakuan Santi selalu bisa membuatku lupa semua tentang Raka. Karena kekonyolan dan humornya lah, tak heran jika aku menjadikannya teman terbaikku disekolah. Di kelas 3 ini ia duduk sebangku dengan pacarnya Budi, menurutnya kesempatan sekolah yang tinggal 1 tahun ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk dalam hal pacaran. Dia tidak mau menyia-nyiakan sisa-sisa masa sekolahnya tanpa sang pacar.
“Vin, jangan sedih yah sekarang lo gue tinggal duduk sendiri” ucap Santi lebay
“iya San, gak apa-apa. Puas-puasin dah sama pacarmu itu. Aku ikhlas dunia akhirat. Haha” jawabku ngawur
“kaya apaan aja kamu Vin pake dunia akhirat segala” sambung Budi yang sedaritadi menyimak percakapan kami berdua
“haha. Sekali-kali aku lebay kaya pacarmu kan gak apa-apa Bud” balasku mengejek
Belum sempat Budi membalas ejekkanku, bu Maria guru Fisika nan cantik itu masuk ke kelas.
“pagi anak-anak” sapa bu Maria dan secara serentak semua murid dikelas termasuk aku menjawab sapaan bu Maria
“sebelum memulai pelajaran hari ini, ibu akan memperkenalkan seorang murid baru pindahan dari Bandung ...” beritahu bu Maria
Sebelum bu Maria melanjutkan pembicaraannya semua murid dikelas menjadi heboh karena kedatangan murid baru dari luar kota.
“bu maaf, bukannya kalau sudah kelas 3 gak bisa terima murid baru lagi ?” tanyaku memotong pembicaraan bu Maria
Namun bu Maria tidak menjawab pertanyaanku dan langsung memanggil anak baru itu masuk. Ketika ia masuk aku tercengang melihat orang itu begitupun dengan Santi. Ternyata dia orang yang bertanya padaku tadi.
“selamat pagi, perkenalkan nama saya Doni Nugraha biasa dipanggil Doni. Saya murid pindahan dari SMAN 3 Bandung jurusan IPA. Salam kenal” ucap anak baru itu memperkenalkan diri
Semua cewek yang ada dikelas seolah terpaku pada murid baru itu termasuk Santi. Mereka seperti terhipnotis ketika anak baru itu sedang memperkenalkan diri.
“oke baiklah, cukup perkenalannya. Doni sekarang kamu cari tempat duduk yang kosong ...” ucap bu Maria sambil melihat-lihat sekeliling kelas sampai ia melihat kearah tempat dudukku
“nah, disana kamu duduk. Bersama Vina” sambung bu Maria meneruskan ucapannya
“baik bu” jawab Doni si anak baru itu
Akhirnya Doni duduk denganku, sesuai dengan perintah bu Maria. Semua cewek dikelas merasa iri denganku karena aku duduk sebangku dengan anak baru itu.
“hey, kamu yang tadi itu kan ? aku Doni” tiba-tiba orang itu memperkenalkan diri didepanku sambil menyodorkan tangannya
“iya. Aku udah tau kok, tadikan kamu ngenalin diri kamu didepan” jawabku santai tanpa membalas jabatan tangan yang ia tawarkan
“oh iya yah ? hehe. Oke, nama kamu siapa ?” tanya orang itu
“tadi kan bu Maria udah sebutin nama aku. Vina” jawabku agak jutek
“oh, oke. Salam kenal Vina” balas Doni dengan senyumannya yang membuatku sedi kit luluh dan aku balas dengan senyumanku
Persimpangan Anggrek Melati
Sebuah cahaya putih menuntunku kesebuah tempat yang sudah tidak asing lagi bagiku. Persimpangan jalan Anggrek dan Melati. Semakin ku ikuti, cahaya itu semakin cepat menjauhiku. Ku berjalan hingga berlari, dan ku terhenti ketika cahaya itu menghilang. Kumencari kemana arah cahaya itu pergi. Sampai aku sadari bahwa aku hanya sendiri, dengan baju gamis panjang selutut, tanpa memakai alas kaki. Ku terus menoleh kanan dan kiri berharap aku melihat cahaya yang dapat menarikku seperti sebuah magnet.
Letih kakiku setelah berjalan mengelilingi komplek perumahanku yang luasnya 3 kali luas lapangan sepak bola. Setiapku melangkahkan kaki, suasana sunyi dan dingin selalu mengikuti kemana pun aku melangkah. Seperti Voldemort pada film Harry Potter yang sering kulihat. Sampai akhirnya aku merasa sangat lelah, dan beristirahatlah ku di pos satpam yang terletak diujung jalan. Cuaca yang mendung diiringi dengan angin sepoi-sepoi membuat badan yang sedari tadi merasakan lelah, sekarang seperti terbang melayang. Semakin jauh aku terbang, semakin nyaman rasanya. Tinggi, semakin tinggi, dan paling tinggi sampai akhirnya aku terjatuh dan... aku terbangun, terbangun dari tidurku.
Ketika ku membuka mata, aku seperti orang linglung. Ku perhatikan keadaan sekitarku. Lemari, meja belajar, kaca, dan benda-benda lainnya. Lalu aku bergegas menghampiri jendela kamar dan melihat keadaan diluar. Ternyata suasananya seperti biasa, orang-orang lalu lalang menjalankan aktivitas di hari Minggunya. Melihat hal seperti itu, aku kembali ke tempat tidurku dan memikirkan mimpi itu. Mimpi yang kurasakan seperti nyata dan benar-benar ku alami.
“itu hanya mimpi ?” tanyaku dalam hati
Aku kembali mengingat-ingat mimpiku yang kurasakan seperti nyata. Suasana dan keadaannya pada saat itu sangat membuatku tidak percaya bahwa itu hanyalah sebuah mimpi, mimpi yang aneh.
“ani... ani... bangun, udah siang” panggilan mama membuyarkan lamunanku. Aku segera melihat jam dan ternyata waktu sudah menunjukkan jam setengah 8. Dengan santai aku keluar dari kamar menuju ruang keluarga lalu duduk di sofa yang sudah tidak ‘membal’ itu sambil menonton Doraemon, film kartun yang biasa ditayangkan pada Minggu pagi.
“udah bangunnya siang bukannya langsung bantuin mama beresin rumah, malah nonton TV” celetuk mama dengan nada ketusnya. Tanpa menunggu ocehan mama yang semakin panjang aku segera bangkit dan mencari kesibukan dirumah.
Seusai mengerjakan pekerjaan rumah, aku kembali ke kamarku. Merapihkan ruangan favoritku yang terlihat seperti kapal pecah. Buku berserakan dimana-mana, sprei yang sudah tidak lagi terpasang di tempat tidur dan seragam sekolahku yang tergeletak sembarangan. Sebelum memulai penataan ulang kamar, aku mengecek handphone ku yang sedari tadi belum ku sentuh.
1 new message
From : Kirana
Ni, hari ini jadi kan nemenin gue beli kado buat nyokap gue ?
Gue tunggu di persimpangan Anggrek Melati ya jam 11, GAK PAKE NGARET!!
“oh God! Kirana... gue lupa !!”
Begitu aku melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 10.20. Kaget, panik tiba-tiba menerjang pikiranku. Niat yang sebelumnya menjadikan kamarku surga yang nyaman bubar seketika seperti warga pedalaman desa yang sedang nonton Layar tancep lalu tiba-tiba datang hujan. Aku berlari segera memasuki kamar mandi.
Tidak seperti biasanya, sebelum pergi kemana pun aku selalu ribet memilih baju yang kiranya cocok dan pas dengan moodku, tapi tidak untuk kali ini. Wajahku yang biasanya dipolesi dengan beberapa make up, sekarang hanya bedak dan lipgloss.
“mau kemana kamu?” tanya mama begitu melihatku keluar dari kamar
“mau nganterin Kirana beli kado” jawabku sambil mengikatkan tali sepatu
“hem... giliran temennya minta tolong cepet, coba kalo mama yang minta tolong” ucap mama jutek
“selesai. Ma, aku pergi dulu” pamitku
Kupercepat langkahku menuju tempat yang sudah kami sepakati. Sesampainya disana ternyata Kirana belum datang. 5 menit... 8 menit... 10 menit... Kirana belum juga datang. Aku berdiri di bawah tiang penunjuk jalan Anggrek Melati. Aku melihat ke sekitar dan tiba-tiba suasana mendung mengingatkanku kembali pada mimpi itu. Suasana yang sama, cuaca yang mendung diiringi dengan angin sepoi-sepoi. Sepintas cahaya putih itu lewat terbesat didepanku. Ketika aku mencari kemana perginya cahaya itu seseorang menepuk pundakku, dan ternyata itu Kirana.
“Maaf telat, tadi abis nganterin ade gue les dulu”
“huuuuh... lo sendiri yang bilang GA PAKE NGARET tapi dia sendiri yang ngaret. Wuuuuuu... “
“maaf, maaf... hehe”
“yaudah berangkat sekarang yu, ntar keburu ujan”
Kirana mengajakku kesebuah pusat perbelanjaan yang berada tidak jauh dari pusat kota. Berbagai macam toko kami singgahi untuk mencari barang yang pas untuk kado sang mama.
“Kir, hampir semua toko yang ada disini udah kita masukin tapi sampe sekarang lo belum juga dapet barang yang lo mau” keluhku kelelahan.
“Hehe... gue belum nemu yang pas ni buat nyokap gue”
“Kalo ga ada yang pas?”
“Ya kita cari di mall lain”
Mendengar ucapan temannya itu Ani hanya bisa mengelus dada dan memaklumi sifat temannya yang ‘SHOPPAHOLIC’ itu. Ketika ingin keluar mall tiba-tiba Kirana berhenti pada suatu toko yang menjual aneka keramik dan pajangan.
“Ini dia yang gue cari!!” tunjuk Kirana pada suatu guci yang berbentuk seperti biola Spanyol.
Benda berukuran botol minum yang mempunyai bentuk sangat artistik berwarna dasar putih dengan goresan garis emas membentuk gambar sepasang angsa dengan background suasana disekitar sungai, sangat menarik perhatian temanku itu. Ketika Kirana menanyakan harganya aku hanya bisa terdiam medengarnya.
“oke mba, saya ambil yang ini. Tolong dibungkus kado ya mba”
Dengan cekatan penjaga toko tersebut membungkus barang tersebut menjadi sangat unik dan menarik. Melihat hasil karya sang penjaga toko, wajah Kirana menjadi lebih sumringah dan sangat senang. Setelah selesai dan membayarnya kami pun segera pergi meninggalkan toko.
Saatnya kembali ke rumah masing-masing, rumah Kirana yang berada di jalan Melati mengharuskan kami melewati persimpangan yang kini menjadi sesuatu yang misterius bagiku. Seusai berpamitan aku bergegas malangkahkan kakiku menjauhi tempat itu. Selama perjalanan aku merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti langkahku. Semakin cepat, lebih cepat, dan sangat cepat, hingga akhirnya aku berlari dan sampailah didepan rumahku. Napas yang terengah-engah memunculkan keanehan pada mama ketika ku memasuki rumah.
“kenapa engap-engapan gitu? Dikejar anjing pak Bagyo lagi?” tanya mama
“ga ko ma, tadi udah mau ujan jadi daripada keujanan mendingan aku lari” jawabku kebingungan menanggapi pertanyaan mama.
Mendengar jawabanku itu menambah keanehan dipikiran mama, terlihat dari ekspresi raut wajahnyaitu. Tanpa menunggu mama berkata A sampai Z, aku langsung memasuki kerajaanku. Aku membantingkan badanku diatas surga duniaku, dan tiba-tiba saatku memejamkan mata mimpi itu kembali terlintas dibayanganku.
“aaaaaaahh... kenapa nongol lagi sih tuh mimpi! Pergi jauh-jauh deh dari gue!!!” teriakku.
Alunan lagu Hands up-nya 2 PM, boyband asal Korea ini membawaku kesuasana yang lebih nyaman dan bersemangat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang terus menerus dibayangi oleh mimpi tentang persimpangan Anggrek Melati itu. Sejak 2 hari yang lalu mimpi itu tidak datang lagi padaku, entah apa yang bisa menghilangkan mimpi itu dari pikiran dan juga bayangan tentang dunia malamku. Meskipun demikian mimpi yang membuatku paranoid itu masih membuatku sangat penasaran.
Apa makna dari mimpi-mimpi itu? Gue yakin ini bukan cuma kesengajaan belaka, buktinya mimpi itu muncul 3 kali berturut-turut. Sebenarnya ada apa?
Ingin rasanya mencari tahu makna dari mimpiku itu, tapi selalu saja terlintas dipikiranku kalau itu hanya akan membuang-buang waktuku saja.
“That’s just a dream, Ani. Everything it’s okay!” ucapku meyakinkan diri.
Aku kembali berada di persimpangan Anggrek Melati. Kali ini cahaya putih itu lalu lalang dihadapanku dengan sangat cepat sehingga membuatku kebingungan melihat pergerakannya yang seperti kilat. Aku memegangi kepalaku yang rasanya sangat pusing dan berat akibat melihat cahaya itu. Setelah kuperhatikan ternyata tidak hanya sebuah cahaya saja tapi ada banyak cahaya putih dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya. Sekumpulan cahaya itu terbang melintasiku seperti sekumpulan lebah yang sedang marah, sampai akhirnya mereka pergi menuju jalan Melati. Ketika aku ingin mengejarnya, aku terperosok kesebuah lubang yang sangat dalam. Aku berusaha keluar dari lubang yang memiliki kedalaman yang cukup dalam bagiku itu. Segala usaha untuk keluar dari lubang itu sudah aku lakukan tapi hasilnya nihil. Rasa lelah sudah menyelimutiku, putus asa mulai kurasakan untuk keluar dari perangkap alam ini dan akhirnya aku hanya bisa tertunduk dan menangis menunggu keajaiban untuk keluar dari lubang ini. Saat aku meneggakkan kepala dan membuka mata ternyata akku berada dikamarku. Ternyata itu hanya mimpi, mimpi yang untuk kesekian kalinya mendatangiku. Kali ini mimpi itu terasa lebih seram dan menakutkan dibandungkan dengan yang sebelumya. Keringat mengucur deras dari seluruh tubuhku, sepertinya efek dari mimpi itu benar-benar dahsyat dan sangat terasa.
Dipagi buta aku terbangun mendengar suara rusuh orang-orang yang berada diluar rumah. Penasaran dengan yang terjadi diluar aku membuka jendela kamarku. Sekejap aku kaget melihat warga bergotong royong mengambil air yang ada dan membawanya keujung persimpangan Anggrek Melati. Aku bergegas keluar rumah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranku kalut seketika saat melihat sumber yang membuat warga komplek menjadi sibuk dan panik. Jalan Melati kini terbalut dengan merahnya api yang sangat besar. Si jago merah itu mengamuk memakan semua rumah yang berada disana. Lalu aku langsung teringat dengan Kirana dan keluarganya yang tinggal di jalan itu.
“Ani, mau kemana kamu? Jangan kesana nak, berbahaya!!!” teriakkan bapak samar-samar terdengar olehku tapi aku tak memperdulikkannya.
Aku berlari kencang menuju jalan Melati dengan maksud mencari tahu keberadaan sahabatku dan keluarganya. Sesampainya aku di persimpangan Anggrek Melati, seseorang menahanku agar tidak meneruskan langkahku menuju jalan Melati.
“jangan kesitu nak, sangat berbahaya disana”
“tapi disana ada sahabat saya dan keluarganya. Saya hanya ingin memastikan mereka tidak apa-apa”
“percuma nak, semua warga yang tinggal di jalan Melati tidak ada yang tertolong”
Mendengar ucapan lelaki paruh baya itu, tubuhku lemas seketika. Aku terpuruk jatuh ketanah dan tidak sadarkan diri.
Kejadian di jalan Melati bermula dari konsleting arus pendek tiang listrik yang berada disana, sekejap semua rumah yang berada dijalan Melati terlalap si jago merah. Tidak ada yang sempat menyelamatkan diri dikarenakan kejadian itu terjadi diwaktu malam, waktu semua orang terlelap dalam tidurnya, begitupun dengan sahabatku, Kirana dan keluarganya. Sekarang aku tidak perlu memikirkan lagi apa makna dari mimpi-mimpi yang aku alami, karena semuanya sudah terjawab dengan jelas.
Letih kakiku setelah berjalan mengelilingi komplek perumahanku yang luasnya 3 kali luas lapangan sepak bola. Setiapku melangkahkan kaki, suasana sunyi dan dingin selalu mengikuti kemana pun aku melangkah. Seperti Voldemort pada film Harry Potter yang sering kulihat. Sampai akhirnya aku merasa sangat lelah, dan beristirahatlah ku di pos satpam yang terletak diujung jalan. Cuaca yang mendung diiringi dengan angin sepoi-sepoi membuat badan yang sedari tadi merasakan lelah, sekarang seperti terbang melayang. Semakin jauh aku terbang, semakin nyaman rasanya. Tinggi, semakin tinggi, dan paling tinggi sampai akhirnya aku terjatuh dan... aku terbangun, terbangun dari tidurku.
Ketika ku membuka mata, aku seperti orang linglung. Ku perhatikan keadaan sekitarku. Lemari, meja belajar, kaca, dan benda-benda lainnya. Lalu aku bergegas menghampiri jendela kamar dan melihat keadaan diluar. Ternyata suasananya seperti biasa, orang-orang lalu lalang menjalankan aktivitas di hari Minggunya. Melihat hal seperti itu, aku kembali ke tempat tidurku dan memikirkan mimpi itu. Mimpi yang kurasakan seperti nyata dan benar-benar ku alami.
“itu hanya mimpi ?” tanyaku dalam hati
Aku kembali mengingat-ingat mimpiku yang kurasakan seperti nyata. Suasana dan keadaannya pada saat itu sangat membuatku tidak percaya bahwa itu hanyalah sebuah mimpi, mimpi yang aneh.
“ani... ani... bangun, udah siang” panggilan mama membuyarkan lamunanku. Aku segera melihat jam dan ternyata waktu sudah menunjukkan jam setengah 8. Dengan santai aku keluar dari kamar menuju ruang keluarga lalu duduk di sofa yang sudah tidak ‘membal’ itu sambil menonton Doraemon, film kartun yang biasa ditayangkan pada Minggu pagi.
“udah bangunnya siang bukannya langsung bantuin mama beresin rumah, malah nonton TV” celetuk mama dengan nada ketusnya. Tanpa menunggu ocehan mama yang semakin panjang aku segera bangkit dan mencari kesibukan dirumah.
Seusai mengerjakan pekerjaan rumah, aku kembali ke kamarku. Merapihkan ruangan favoritku yang terlihat seperti kapal pecah. Buku berserakan dimana-mana, sprei yang sudah tidak lagi terpasang di tempat tidur dan seragam sekolahku yang tergeletak sembarangan. Sebelum memulai penataan ulang kamar, aku mengecek handphone ku yang sedari tadi belum ku sentuh.
1 new message
From : Kirana
Ni, hari ini jadi kan nemenin gue beli kado buat nyokap gue ?
Gue tunggu di persimpangan Anggrek Melati ya jam 11, GAK PAKE NGARET!!
“oh God! Kirana... gue lupa !!”
Begitu aku melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 10.20. Kaget, panik tiba-tiba menerjang pikiranku. Niat yang sebelumnya menjadikan kamarku surga yang nyaman bubar seketika seperti warga pedalaman desa yang sedang nonton Layar tancep lalu tiba-tiba datang hujan. Aku berlari segera memasuki kamar mandi.
Tidak seperti biasanya, sebelum pergi kemana pun aku selalu ribet memilih baju yang kiranya cocok dan pas dengan moodku, tapi tidak untuk kali ini. Wajahku yang biasanya dipolesi dengan beberapa make up, sekarang hanya bedak dan lipgloss.
“mau kemana kamu?” tanya mama begitu melihatku keluar dari kamar
“mau nganterin Kirana beli kado” jawabku sambil mengikatkan tali sepatu
“hem... giliran temennya minta tolong cepet, coba kalo mama yang minta tolong” ucap mama jutek
“selesai. Ma, aku pergi dulu” pamitku
Kupercepat langkahku menuju tempat yang sudah kami sepakati. Sesampainya disana ternyata Kirana belum datang. 5 menit... 8 menit... 10 menit... Kirana belum juga datang. Aku berdiri di bawah tiang penunjuk jalan Anggrek Melati. Aku melihat ke sekitar dan tiba-tiba suasana mendung mengingatkanku kembali pada mimpi itu. Suasana yang sama, cuaca yang mendung diiringi dengan angin sepoi-sepoi. Sepintas cahaya putih itu lewat terbesat didepanku. Ketika aku mencari kemana perginya cahaya itu seseorang menepuk pundakku, dan ternyata itu Kirana.
“Maaf telat, tadi abis nganterin ade gue les dulu”
“huuuuh... lo sendiri yang bilang GA PAKE NGARET tapi dia sendiri yang ngaret. Wuuuuuu... “
“maaf, maaf... hehe”
“yaudah berangkat sekarang yu, ntar keburu ujan”
Kirana mengajakku kesebuah pusat perbelanjaan yang berada tidak jauh dari pusat kota. Berbagai macam toko kami singgahi untuk mencari barang yang pas untuk kado sang mama.
“Kir, hampir semua toko yang ada disini udah kita masukin tapi sampe sekarang lo belum juga dapet barang yang lo mau” keluhku kelelahan.
“Hehe... gue belum nemu yang pas ni buat nyokap gue”
“Kalo ga ada yang pas?”
“Ya kita cari di mall lain”
Mendengar ucapan temannya itu Ani hanya bisa mengelus dada dan memaklumi sifat temannya yang ‘SHOPPAHOLIC’ itu. Ketika ingin keluar mall tiba-tiba Kirana berhenti pada suatu toko yang menjual aneka keramik dan pajangan.
“Ini dia yang gue cari!!” tunjuk Kirana pada suatu guci yang berbentuk seperti biola Spanyol.
Benda berukuran botol minum yang mempunyai bentuk sangat artistik berwarna dasar putih dengan goresan garis emas membentuk gambar sepasang angsa dengan background suasana disekitar sungai, sangat menarik perhatian temanku itu. Ketika Kirana menanyakan harganya aku hanya bisa terdiam medengarnya.
“oke mba, saya ambil yang ini. Tolong dibungkus kado ya mba”
Dengan cekatan penjaga toko tersebut membungkus barang tersebut menjadi sangat unik dan menarik. Melihat hasil karya sang penjaga toko, wajah Kirana menjadi lebih sumringah dan sangat senang. Setelah selesai dan membayarnya kami pun segera pergi meninggalkan toko.
Saatnya kembali ke rumah masing-masing, rumah Kirana yang berada di jalan Melati mengharuskan kami melewati persimpangan yang kini menjadi sesuatu yang misterius bagiku. Seusai berpamitan aku bergegas malangkahkan kakiku menjauhi tempat itu. Selama perjalanan aku merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti langkahku. Semakin cepat, lebih cepat, dan sangat cepat, hingga akhirnya aku berlari dan sampailah didepan rumahku. Napas yang terengah-engah memunculkan keanehan pada mama ketika ku memasuki rumah.
“kenapa engap-engapan gitu? Dikejar anjing pak Bagyo lagi?” tanya mama
“ga ko ma, tadi udah mau ujan jadi daripada keujanan mendingan aku lari” jawabku kebingungan menanggapi pertanyaan mama.
Mendengar jawabanku itu menambah keanehan dipikiran mama, terlihat dari ekspresi raut wajahnyaitu. Tanpa menunggu mama berkata A sampai Z, aku langsung memasuki kerajaanku. Aku membantingkan badanku diatas surga duniaku, dan tiba-tiba saatku memejamkan mata mimpi itu kembali terlintas dibayanganku.
“aaaaaaahh... kenapa nongol lagi sih tuh mimpi! Pergi jauh-jauh deh dari gue!!!” teriakku.
Alunan lagu Hands up-nya 2 PM, boyband asal Korea ini membawaku kesuasana yang lebih nyaman dan bersemangat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang terus menerus dibayangi oleh mimpi tentang persimpangan Anggrek Melati itu. Sejak 2 hari yang lalu mimpi itu tidak datang lagi padaku, entah apa yang bisa menghilangkan mimpi itu dari pikiran dan juga bayangan tentang dunia malamku. Meskipun demikian mimpi yang membuatku paranoid itu masih membuatku sangat penasaran.
Apa makna dari mimpi-mimpi itu? Gue yakin ini bukan cuma kesengajaan belaka, buktinya mimpi itu muncul 3 kali berturut-turut. Sebenarnya ada apa?
Ingin rasanya mencari tahu makna dari mimpiku itu, tapi selalu saja terlintas dipikiranku kalau itu hanya akan membuang-buang waktuku saja.
“That’s just a dream, Ani. Everything it’s okay!” ucapku meyakinkan diri.
Aku kembali berada di persimpangan Anggrek Melati. Kali ini cahaya putih itu lalu lalang dihadapanku dengan sangat cepat sehingga membuatku kebingungan melihat pergerakannya yang seperti kilat. Aku memegangi kepalaku yang rasanya sangat pusing dan berat akibat melihat cahaya itu. Setelah kuperhatikan ternyata tidak hanya sebuah cahaya saja tapi ada banyak cahaya putih dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya. Sekumpulan cahaya itu terbang melintasiku seperti sekumpulan lebah yang sedang marah, sampai akhirnya mereka pergi menuju jalan Melati. Ketika aku ingin mengejarnya, aku terperosok kesebuah lubang yang sangat dalam. Aku berusaha keluar dari lubang yang memiliki kedalaman yang cukup dalam bagiku itu. Segala usaha untuk keluar dari lubang itu sudah aku lakukan tapi hasilnya nihil. Rasa lelah sudah menyelimutiku, putus asa mulai kurasakan untuk keluar dari perangkap alam ini dan akhirnya aku hanya bisa tertunduk dan menangis menunggu keajaiban untuk keluar dari lubang ini. Saat aku meneggakkan kepala dan membuka mata ternyata akku berada dikamarku. Ternyata itu hanya mimpi, mimpi yang untuk kesekian kalinya mendatangiku. Kali ini mimpi itu terasa lebih seram dan menakutkan dibandungkan dengan yang sebelumya. Keringat mengucur deras dari seluruh tubuhku, sepertinya efek dari mimpi itu benar-benar dahsyat dan sangat terasa.
Dipagi buta aku terbangun mendengar suara rusuh orang-orang yang berada diluar rumah. Penasaran dengan yang terjadi diluar aku membuka jendela kamarku. Sekejap aku kaget melihat warga bergotong royong mengambil air yang ada dan membawanya keujung persimpangan Anggrek Melati. Aku bergegas keluar rumah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranku kalut seketika saat melihat sumber yang membuat warga komplek menjadi sibuk dan panik. Jalan Melati kini terbalut dengan merahnya api yang sangat besar. Si jago merah itu mengamuk memakan semua rumah yang berada disana. Lalu aku langsung teringat dengan Kirana dan keluarganya yang tinggal di jalan itu.
“Ani, mau kemana kamu? Jangan kesana nak, berbahaya!!!” teriakkan bapak samar-samar terdengar olehku tapi aku tak memperdulikkannya.
Aku berlari kencang menuju jalan Melati dengan maksud mencari tahu keberadaan sahabatku dan keluarganya. Sesampainya aku di persimpangan Anggrek Melati, seseorang menahanku agar tidak meneruskan langkahku menuju jalan Melati.
“jangan kesitu nak, sangat berbahaya disana”
“tapi disana ada sahabat saya dan keluarganya. Saya hanya ingin memastikan mereka tidak apa-apa”
“percuma nak, semua warga yang tinggal di jalan Melati tidak ada yang tertolong”
Mendengar ucapan lelaki paruh baya itu, tubuhku lemas seketika. Aku terpuruk jatuh ketanah dan tidak sadarkan diri.
Kejadian di jalan Melati bermula dari konsleting arus pendek tiang listrik yang berada disana, sekejap semua rumah yang berada dijalan Melati terlalap si jago merah. Tidak ada yang sempat menyelamatkan diri dikarenakan kejadian itu terjadi diwaktu malam, waktu semua orang terlelap dalam tidurnya, begitupun dengan sahabatku, Kirana dan keluarganya. Sekarang aku tidak perlu memikirkan lagi apa makna dari mimpi-mimpi yang aku alami, karena semuanya sudah terjawab dengan jelas.
wanna be a GIRL
pengen berubah buat jadi cewe yang bener bener cewe ternyata ga segampang dan sesingkat yang gue bayangin selama ini.
keinginan gue buat jadi cewe kaya temen temen cewe gue maupun kaya cewe cewe laen yg gue liat bener bener udah mencapai puncaknya!
awal keinginan gue muncul ketika gue lagi berdiri didepan kaca dan tiba tiba gue ngerasa aneh sama diri gue (terutama penampilan). kebanyakan orang sekitar gue nganggep gue cewe yg CUEK dan gue pun ngerasa fine fine aja, tapi ga tau kenapa makin hari gue makin risih dengan gue yang seperti itu. rambut yg gatau apa modelnya, pake baju semau gue, dandan yg apa banget dan kebiasan kebiasan dari diri gue yg mungkin sekarang kurang gue suka buat gue RISIH.
someday... ketika gue hangout bareng temen temen gue, gue ngeliat dan merhatiin makin hari makin banyak loh cewe berkerudung dan tiba tiba aja gue pengen berkerudung.
sebenernya bukan itu alesan kenapa gue pake kerudung, semenjak gue lulus SMK gue udah pengen nutup aurat gue ini tapi kayanya gue belum siap. akhirnya pada suatu malam saat perjalanan menuju kediaman nenek gue yang saat itu sedang dalam suasana berkabung, tiba tiba terlintas difikiran gue...
"orang mati gada yang tau kapan, bisa besok, lusa atopun saat ini juga. sebelum gue mati gue mau memperbaiki diri dulu tentunya, slah satunya dengan MENUTUP AURAT"
nah... dari situ lah gue memutuskan untuk menutup aurat ato pake kerudung.
setelah gue pake kerudung pun cukup banyak loh, mulai dari ribet milih baju sebelum ngampus ato keluar sampe komentar jail dari temen temen gue, tapi gue coba buat ngadepin semuanya dengan SABAAAAAARR...
So, buat temen temen yang mau ngikutin jejak gue mangga silahkan.
ini semua bermanfaat banget buat lo dan lingkungan sekitar lo :)
Sabtu, 07 Januari 2012
LEUKIMIA [?]
GEJALA :
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis. (sumber: href="http://xamthone-plus.net">)
kalo kalian ngalamin gejala gejala kaya diatas, lo mesti wajib baca ini !!!
LEUKIMIA
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, Hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa.
== Klasifikasi ==
Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar:
Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun.
Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid dan mieloid
Kemudian, penyakit diklasifikasikan dengan jenis sel yang ditemukan pada sediaan darah tepi.
* Ketika leukemia memengaruhi [limfosit] atau sel limfoid, maka disebut [leukemia limfositik].
* Ketika leukemia memengaruhi sel mieloid seperti [neutrofil], [basofil], dan [eosinofil], maka disebut [leukemia mielositik].
Jumlah leukosit dalam darah
* Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat sel-sel abnormal
* Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal
* Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal
Prevalensi empat tipe utama
Dengan mengombinasikan dua klasifikasi pertama, maka leukemia dapat dibagi menjadi:
* [Leukemia limfositik akut] (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
* [Leukemia mielositik akut] (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
* [Leukemia limfositik kronis] (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
* [Leukemia mielositik kronis] (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
== Patogenesis ==
Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk [[sel]] darah yang tidak terkontrol. Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode [[genetika|genetik]] yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal. (sumber : href="http://id.wikipedia.org"> )
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis. (sumber: href="http://xamthone-plus.net">)
kalo kalian ngalamin gejala gejala kaya diatas, lo mesti wajib baca ini !!!
LEUKIMIA
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, Hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa.
== Klasifikasi ==
Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar:
Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun.
Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid dan mieloid
Kemudian, penyakit diklasifikasikan dengan jenis sel yang ditemukan pada sediaan darah tepi.
* Ketika leukemia memengaruhi [limfosit] atau sel limfoid, maka disebut [leukemia limfositik].
* Ketika leukemia memengaruhi sel mieloid seperti [neutrofil], [basofil], dan [eosinofil], maka disebut [leukemia mielositik].
Jumlah leukosit dalam darah
* Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat sel-sel abnormal
* Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal
* Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal
Prevalensi empat tipe utama
Dengan mengombinasikan dua klasifikasi pertama, maka leukemia dapat dibagi menjadi:
* [Leukemia limfositik akut] (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
* [Leukemia mielositik akut] (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
* [Leukemia limfositik kronis] (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
* [Leukemia mielositik kronis] (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
== Patogenesis ==
Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk [[sel]] darah yang tidak terkontrol. Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode [[genetika|genetik]] yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal. (sumber : href="http://id.wikipedia.org"> )
Langganan:
Postingan (Atom)