Keinginan utama pelajar SMA setelah lulus adalah melanjutkan pendidikan dan bekerja, begitupun denganku. Namaku Adi Pratama, siswa kelas XII di salah satu SMA di Sukabumi. Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan suatu impian yang sedari kecil aku inginkan, menjadi salah satu Mahasiswa di Universitas terkemuka di Indonesia. Merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai dalam hidupku.
Seusai pelaksanaan Ujian Nasional yang merupakan kegiatan tolak ukur kemampuan akademik pelajar di Indonesia ini, teman-temanku mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan kehidupannya setelah resmi menyandang gelar alumni pelajar SMA. Ada yang sibuk mencari informasi lowongan pekerjaan dan ada pula yang menyiapkan dokumen-dokumen untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak denganku. Meskipun aku sangat bercita-cita menjadi seorang Mahasiswa di sebuah Institusi Pendidikan ternama namun keinginanku itu sepertinya harus ku pendam dalam-dalam untuk saat ini.
“ribet banget ya yang mau ikut SMNPTN” ledekku melihat Tika teman sekelasku yang sedang kebingungan memilah-milah dokumen yang akan dijadikan persyaratan.
“eh Adi, hehe. Iya nih banyak banget persyaratannya, bikin pusing”
“perlu bantuan?”
“hem... makasih di, udah mau selesai kok ini”
“oke oke, telat ya nawarin bantuannya?”
“ga ko, di. Eh bukannya lo mau lanjutin kuliah juga ya? Ko santai-santai aja?”
“pengennya... tapi kayanya ga sekarang deh”
“loh kenapa?”
“belum ada biaya...” jawabku tertunduk.
impianku menemukan hambatannya. Masalah finansial keluargaku memang tidak bisa ditutupi. Bapak hanyalah seorang buruh serabutan dan Ibuku seorang buruh cuci yang tidak memiliki penghasilan tetap. Aku sangat tidak tega bila harus melihat bapak dan ibu terus menerus bekerja di umurnya yang hampir setengah abad.
Seseorang memanggilku dan membuyarkan semua lamunanku, dan itu ternyata bu Dewi guru Bimbingan Konselingku. Ia menawarkan beasiswa atas prestasiku selama 3 tahun ini.
“gimana Adi?”
“sebenernya sih pengen bu tapi ibu kan tau sendiri keadaan keluarga saya bu. Saya masih punya 2 adik yang lebih memerlukan biaya untuk sekolahnya, jadi saya fikir untuk sekarang ini saya mau kerja dulu bu”
“baiklah kalau begitu mau kamu, ibu bantu cari lowongan pekerjaan yang cocok sama kamu”
“makasih bu”
Setelah konsultasi dadakan dengan bu Dewi membuatku sedikit tenang karena beliau akan membantuku mencarikan pekerjaan untukku. Disamping itu rasa menyesal menghinggapiku karena telah menolak beasiswa yang telah beliau tawarkan padaku. Namun apa daya karena keadaanku yang tidak memungkinkan membuatku mengubur semua keegoisanku. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melamar pekerjaan mulai kupersiapkan mulai dari surat lamaran, dan surat-surat yang lainnya. Dengan bermodalkan niat dan keinginan membahagiakan bapak dan ibu aku siap untuk terjun kedunia kerja.
Beberapa hari kemudian bu Dewi memberikan kabar bahwa salah satu perusahaan sedang membutuhkan pegawai baru untuk bagian Accounting.
“begitu mendengar kabar ini ibu langsung inget sama kamu, di. Besok lamarannya kasih ke ibu ya”
Mendengar kabar baik itu tidak akan ku sia-siakan. Sepulang sekolah aku segera siapkan semua yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan itu.
“lagi ngapain mas?” tanya ibu yang sedari tadi memperhatikan
“ini bu nyiapin persyaratan buat ngelamar kerja besok”
“kamu jadinya kerja mas? Bukannya dari dulu kamu maunya kuliah?”
“iya sih bu, tapi setelah difikir-fikir lagi mendingan mas kuliah dulu bu supaya bisa bantu bapak sama ibu”
Setelah mendengar penjelasanku ibu pun mengerti akan kemauanku ini. Keesokan harinya aku memberikan lamaran pekerjaanku ini kepada bu Dewi sesuai dengan perintahnya. Sekarang tinggal memaksimalkan doa untuk hasil yang maksimal pula.
Berminggu-minggu aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Sampai akhirnya seseorang menghubungiku dan memberitahu bahwa besok aku harus datang untuk tahap wawancara. Perasaan sangat senang kurasakan saat ini, pintu menuju dunia baru mulai terbuka.
Kali ini harus bisa, optimis Adi!
Kabar baik ini aku sampaikan pada bapak dan ibu, sesuai dugaanku mereka turut senang mendengar kabar ini. Dukungan dari keluarga pun mengalir deras yang membuatku makin semangat dan optimis menghadapi wawancara besok. Di pagi buta seperti biasa aku sudah bangun dan membantu ibu merapihkan rumah. Setelah itu barulah aku mempersiapkan diriku untuk menghadapi hari ini.
“nanti kamu jangan gugup ya mas, santai aja. Jangan lupa berdo’a”
“iya bu pasti”
Nasehat ibu sebelum aku beranjak dari rumah menuju tempat tujuanku. Aku berpamitan dan memohon doa restu ibu dan bapak dan segera pergi. Sepanjang perjalanan mataku tak lepas dari petunjuk jalan yang diberikan bu Dewi padaku, dan akhirnya aku sampai pada tempat yang dimaksud dalam alamat itu. PT. Impack Group, nama yang terpampang jelas didepan gerbang. Tanpa ragu aku memasuki gedung pencakar langit itu. Sesampainya didalam aku menanyakan tentang wawancara untuk calon karyawan baru.
“di lantai 3 mas, nanti mas bisa bertemu dengan Pak Yanto bagian HRD”
Tanpa membuang waktu lagi aku segera menuju tempat yang dimaksud. Rasa gugup mulai menyelimuti diriku. Ketika sampai aku langsung dipersilahkan masuk ke ruangan pak Yanto yang ternyata adalah kepala bagian HRD. Saat proses wawancara berlangsung aku menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tenang dan hati-hati demi hasil yang memuaskan. Wawancara tersebut selesai dalam waktu 20 menit, setelah ini aku masih harus menunggu untuk tahap pemeriksaan kesehatan. Setelah menunggu beberapa menit, aku kembali dipanggil untuk tahap selanjutnya. Pada tahap ini pun tidak mendapatkan hambatan dan semuanya berjalan dengan lancar.
“baik mas untuk hasil keseluruhan akan kami hubungi kembali”
“baik mba, terima kasih. Permisi”
Semua tahap telahku lewati dengan tenang tanpa rasa gugup seperti pesan ibu. Aku pulang ke rumah dengan wajah lelah dan sangat cape.
“gimana tadi mas?”
“alhamdulillah pak lancar”
“ga ada permasalahan kan mas?”
“ga ada pak, yaudah pak aku mau mandi dulu terus istirahat, pegel banget ini badanku”
Sebelum istirahat aku membersihkan badanku agar bisa beristirahat dengan nyaman, dan lupa untuk shalat, memohon petunjuk dan hasil yang maksimal.
Sambil menunggu hasil keputusan dari perusahaan aku membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah dan membuat kue yang nantinya akan dijual oleh kedua adikku. Denganku membantu ibu seperti ini aku lihat sudah ada kesenangan sendiri yang terlihat dari wajah ibu dan tentunya aku pun ikut senang melihat ibu seperti itu. Berhari-hari aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Rasa putus asa sempat mendatangiku tapi ibu meyakiniku kalau aku diterima diperusahaan itu. Kesabaranku membuahkan hasil, beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa aku diterima menjadi karyawan kontrak di perusahaan itu di bagian accounting, sesuai dengan ilmu yang kudapat pada saat aku duduk dibangku sekolah menengah atas. Puji syukur tak henti-hentinya kupanjatkan kepada Allah SWT atas semua yang telah ia berikan padaku.
“bu... aku diterima bu...”
“alhamdulillah mas” ucap syukur ibu sambil meneteskan air mata bahagia.
Dihari pertama ku bekerja, aku mengenal teman-teman dan lingkungan baruku yang nantinya akan menjadi bagian dalam duniaku. Pekerjaan-pekerjaan yang aku kerjakan sudah tidak asing lagi bagiku, sehingga aku tidak mendapatkan kesulitan pada saat mengerjakannya. Baru saja beberapa hari bekerja disitu aku sudah merasakan kenyamanan seperti dalam lingkungan yang sudah lama ku kenal. Kesenanganku saat ini tak lepas dari bantuan bu Dewi yang telah menghubungkanku dengan duniaku saat ini. Sepulang kerja aku berencana ingin mengunjungi rumah bu Dewi untuk mengucapkan terima kasih. Ketika waktu pulang aku segera bergegas meninggalkan kantor, tapi sebelum ke rumah beliau aku mampir kesebuah toko untuk membeli beberapa bingkisan sebagai ucapan terima kasihku.
“Assalamu’alaikum...”
“Walaikumsalam...”
“ibu maaf ganggu”
“oh Adi, masuk di masuk”
“iya bu...”
Bu Dewi dengan baju dasternya sangat berbeda dengan bu Dewi pada saat memakai seragam dinas dan make up. Selain mengucapkan terima kasih aku juga menceritakan dunia kerjaku saat ini.
“makanya bu saya mau berterima kasih banget sama ibu, tanpa bantuan ibu Adi ga akan bisa kaya gini”
“udah jadi kewajiban ibu sebagai guru untuk bantu muridnya di”
Kata-kata sederhana dari bu Dewi mempunyai banyak makna yang terkandung didalamnya. Beliau benar-benar pahlawan bagiku dan keluargaku.
Semenjak aku bekerja disana perekonomian keluargaku menjadi membaik. Ibu tidak perlu lagi menjadi buruh cuci untuk membiayi kehidupan kami sehari-hari, adik-adikku tidak lagi berjualan kue disekolah mereka ku fokuskan untuk belajar dan sekarang bapak sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai supir pribadi. Di kantor aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Tentu saja seperti impianku untuk melanjutkan kuliah seperti teman-temanku yang lain.
“saya minta kamu harus pandai membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikanmu ya di, ini semua demi perusahaan kita”
“baik pak”
Kini aku melanjutkan kuliah disebuah universitas swasta jurusan Akuntansi. Meskipun tidak sesuai dengan impianku seutuhnya tapi tidak menyurutkan semangatku untuk terus belajar dan bekerja keras, demi karirku dan demi keluargaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar